All of our lives, we seem to be searching for something only to find it was there all along.

Bagi sebagian orang, mendatangi pentas seni di sekolah adalah hal biasa yang tidak ada artinya sama sekali. Namun bagi Bright, kesempatan itu menjadi sebuah anugerah yang sudah ia damba sedari dulu.

Dengan senyuman lebar yang tercetak jelas di wajah tampannya itu, Bright melangkah menuju aula sekolah. Hendak melihat Dimas yang sebentar lagi akan tampil untuk membacakan puisi. Diiringi langkah Kala yang juga sedang berjalan di sampingnya.

“Mas Bright seneng banget kayaknya,” ucap Kala sambil menatap Bright yang berjalan mantap di sampingnya itu.

Dengan senyum yang masih sama, Bright balik menatap Kala. Sebuah anggukan diberikan oleh Bright sebagai jawaban. “Iya. Seneng banget. Soalnya lihat Dimas tampil,” ucapnya dengan wajah yang tampak berseri-seri.

Melihat raut wajah bahagia dari Bright itu membuat Kala turut menyunggingkan senyuman. Sejak pertama kali Bright menginjakkan kaki di rumahnya sebagai housemate, baru kali ini Kala melihat kebahagiaan terpancar begitu besar dari wajah pria yang lebih tua darinya itu.

“Disini ya tempatnya?” Gumam Bright sambil melongok ke dalam gedung besar dengan pintu kaca di hadapannya itu.

“Kayaknya iya sih, Mas. Itu banyak anak pake kostum masuk,” sahut Kala sambil menunjuk ke arah segerombol anak dengan berbagai macam kostum unik dan lucu yang sedang mengantri masuk ke dalam gedung tersebut.

Bright manggut-manggut, “oke berarti bener,” ucapnya. “Yuk, kita masuk,” ajak Bright pada Kala yang dibalas anggukan oleh yang lebih muda.

“Oy, Bright!”

Bright dan Kala otomatis menghentikan langkahnya setelah mendengar panggilan yang cukup kencang dari belakang sana.

“Eh, Bang Mike,” sahut Bright setelah melihat bahwa Mike lah yang memanggilnya. Di belakang sana sana, Mike sedang berjalan menghampirinya bersama Namtan, Gunsmile, serta Harit.

“Maaf ya Bri, kita telat. Tadi nungguin si Gunsmile tuh lelet banget jadi orang,” adu Namtan kepada Bright sambil menatap sebal ke arah Gunsmile.

Sedangkan Gunsmile hanya bisa nyengir menanggapi ucapan Namtan, “yaelah, Mbak. Buktinya juga udah nyampe sini, kan?” Sahutnya.

“Yaudah gapapa kok. Acaranya juga belum mulai,” ujar Bright sambil geleng-geleng kepala. “Oh, iya. Kenalin nih, yang punya rumah tempat gue tinggal. Kala namanya,” ujar Bright memperkenalkan Kala kepada para sahabatnya.

Kala tampak sedikit terkejut dengan apa yang Bright lakukan. Namun pria itu lantas menyunggingkan senyuman pada keempat sahabat Bright yang sedang berdiri di hadapannya.

“Halo.. salam kenal, Metawin Kala Satrianda. Bisa dipanggil Kala,” ujar Kala memperkenalkan diri.

Ketiga orang itu menyambut salam Kala dengan senyuman. “Salam kenal juga, Kala. Saya Namtan. Ini Mike, ini Guns, dan ini Harit. Kita sahabatnya Bright dari jaman kuliah dulu.” Balas Namtan sambil memperkenalkan mereka satu persatu.

Kala menatap lekat wajah keempat orang di hadapannya itu. Dan saat memandangi mereka, Kala bisa merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya. Kala merasa bahwa wajah keempat orang itu terasa familiar sekali. Dan samar-samar, Kala juga merasa kalau ia sudah pernah bertemu dengan mereka berempat sebelumnya.

Tapi kapan?

“Oke, karena dah dateng semua, kita masuk aja, yuk?” Ajak Bright pada mereka semua yang juga sukses membuyarkan lamunan Kala.

“Oke, ayok dah!” Gunsmile yang tampak penuh semangat langsung berjalan mendahului mereka semua. Meninggalkan Bright, Namtan, Mike, dan Harit yang geleng-geleng kepala, serta Kala yang masih menatap penuh kebingungan pada mereka semua.