Ayunan & Isi Hati – Past Continuous.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Ditemani semilir angin serta dedaunan yang menari-nari di atas sana, Bayu harap-harap cemas menunggu kedatangan Alvin.
Lelaki itu duduk di ayunan yang sejak dulu menjadi tempat favorit Alvin untuk menghabiskan waktu setiap kali pemuda itu datang ke rumahnya.
Walau merasa sedikit ragu, Bayu tetap berusaha meyakinkan diri.
Apapun yang terjadi, hari ini, semua masalah yang selama ini menjadi dinding pemisah tak kasat mata antara ia dan Alvin, harus dilenyapkan. Harus.
“Mas Bayu?”
Ah, itu dia orangnya. Sang pemuda manis yang sejak tadi sudah Bayu tunggu-tunggu kehadirannya.
“Sini Vin, di ayunan!” Kata Bayu setengah berteriak, memberi instruksi kepada Alvin agar segera datang kemari.
Tidak menunggu waktu lama, Alvin sudah tiba di hadapannya.
Dan seperti dugaan Bayu, wajah pemuda itu terlihat bingung. Sepasang mata hitam indah miliknya itu seperti sedang mencurigai Bayu yang tiba-tiba mengajaknya untuk datang kemari.
“Sini Vin,” ucap Bayu sambil berdiri dari ayunan. Memberi tempat agar mantan kekasihnya itu bisa duduk di sana.
Alvin mendengus, “kan tadi aku udah bilang kalo gak mau main ayunan..”
“Enakan main aja tau, siang-siang gini paling enak main ayunan,” saut Bayu sambil tersenyum. “Dah-dah, sini duduk.”
Tak ingin mengulur waktu, Bayu segera menarik Alvin agar pemuda itu duduk di ayunan. Alvin yang tadi bilang tidak mau, akhirnya hanya bisa pasrah saat Bayu memaksanya untuk duduk di sana.
Memang ya, si Alvin ini, malu-malu kucing sekali.
Setelahnya, Bayu berpindah tempat. Lelaki itu berdiri di belakang ayunan. Hendak mendorong Alvin, seperti biasanya.
“Jangan kenceng-kenceng,”
“Apanya?”
“Ihh, dorong ayunannya jangan kenceng-kenceng!”
Bayu tertawa, “iya-iya. Padahal belom didorong loh ini..” katanya.
Bayu pun mulai mendorong ayunan itu. Perlahan-lahan, tidak terlalu kencang, sesuai dengan request yang Alvin minta.
Alvin menikmati dorongan Bayu sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya di udara. Dari sini, ia bisa melihat pohon-pohon di belakang rumah Bayu yang sedang menari dengan indahnya. Suasana yang sangat Alvin sukai sejak dulu.
Yang tidak bisa Alvin lihat adalah, bagaimana saat ini Bayu tersenyum saat memandang ke arahnya.
Senyum yang sama seperti dulu. Saat dulu Bayu dan Alvin menghabiskan waktu bersama di tempat ini. Di ayunan yang sama seperti saat ini.
Beberapa saat berlalu, keduanya dikuasai hening. Tak suara yang menghiasi taman kecil itu selain hembus angin serta gemerisik daun dari atas sana.
Namun hal itu tak bertahan lama. Saat akhirnya. . .
“Sepupuku, Vin.” Kata Bayu tiba-tiba.
Alvin seketika menoleh, “hah? Sepupu apa?” Tanyanya bingung.
“Caterine itu, sepupuku.”
Alvin terdiam. Raut wajahnya sarat akan rasa kaget setelah mendengar apa yang Bayu katakan.
“Caterine, cewek yang kamu lihat waktu itu, dia sepupuku Vin.” Ucap Bayu lagi. Ia sedang berusaha meyakinkan Alvin.
“Berhenti dulu Mas,” saut Alvin. Meminta agar dorongan pada ayunan itu berhenti.
Setelahnya, Alvin pun berdiri dari ayunan itu. Ia berbalik, agar bisa menatap wajah Bayu lebih jelas. “Sepupunya Mas Bayu?” Saut Alvin.
“Iya, Vin. Demi apapun, aku berani sumpah, dia itu sepupuku..” Jawab Bayu sambil mengangguk yakin.
“Kalo dia sepupunya Mas Bayu, kenapa gak cerita dari dulu?”
“Aku mau banget cerita Vin, tapi waktu itu kamu tau sendiri kan keadaan lagi kayak gimana? lagi hectic banget dan kita berdua sama-sama nggak punya waktu yang cukup..” Jawab Bayu. “Aku boleh jelasin ya? Kamu mau dengerin kan?”
Alvin terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia mengangguk.
Bayu menarik nafas dalam-dalam, sebelum akhirnya mulai berbicara, “sebelumnya aku mau minta maaf dulu sama kamu soal waktu itu, Vin. Aku sadar banget kalau aku salah karena hampir tiga bulan ninggalin kamu tanpa kabar.”
“Waktu itu aku bener-bener stress sama tugas akhir plus proyek kerjaanku di Malang yang lagi dapet masalah saat itu. Aku bener-bener kacau, kayak orang bingung, jangankan buat main sosmed, buka hp aja aku nggak ada waktu..”
Alvin tertegun. Ia sama sekali tidak tau tentang kondisi Bayu saat itu.
Memang, waktu itu Bayu tiba-tiba menghilang. Tanpa kabar sedikitpun. Dan hal itu benar-benar membuat Alvin bingung.
“Aku juga mau minta maaf soal hubungan kita,” kata Bayu lagi. “Aku sadar, harusnya aku nggak biarin hubungan kita renggang cuma karena aku lagi stress kayak gitu.”
“Aku berusaha beresin semua masalahku secepatnya supaya bisa ketemu kamu, ngobrol sama kamu, dan nyelesaiin semuanya Vin..”
“Mas Bayu tau nggak kalo aku selalu nyariin kamu?”
“Tau Vin, tau banget.” Jawab Bayu yakin. “Aku sering nggak sengaja lihat kamu mondar-mandir di deket gedung jurusan, atau di kos. Tapi aku bener-bener belum siap ketemu sama kamu..”
“Terus kenapa Mbak Caterine tiba-tiba ada di sana?”
“Caterine dateng buat ngasih tau perkembangan masalah proyek di Malang, Vin. Mamah yang minta dia buat dateng. Soalnya mamah tau, aku pasti kelimpungan kalo nggak ada yang bantu atau dampingin.” Jawabnya.
“Tapi aku juga baru sadar kalau kedatangan Caterine itu bukan waktu yang tepat..”
Bayu menghembuskan nafas. Lelaki itu memejamkan mata sejenak, sebelum akhirnya melangkah mendekat kepada Alvin.
“Aku inget banget Vin. Waktu itu, aku lagi ngobrol sama Caterine. Minta saran dia, harus ngelakuin apa supaya bisa perbaiki hubungan kita yang udah renggang. Tapi sayangnya, waktu itu kamu lebih dulu dateng dan lihat kita berdua ngobrol.”
“Aku langsung sadar kalau aku ngerusak semuanya waktu itu. Aku langsung ngejar kamu, berusaha buat jelasin semuanya, tapi akhirnya kamu minta buat putus. . .”
Angin berhembus cukup kencang. Mengisi jeda rumpang yang muncul di antara mereka berdua setelah obrolan panjang nan berat itu.
Alvin menggigit bibirnya sendiri. Hari ini, banyak sekali fakta yang baru Alvin dengar tentang hubungan mereka. Yang selama ini belum pernah ia ketahui.
Ia lantas menatap wajah Bayu lekat-lekat.
Dari sana, ia bisa melihat dengan jelas bahwa Bayu benar-benar menyesali perbuatannya. Alvin bisa melihat semua penyesalan itu.
“Kenapa waktu itu Mas Bayu setuju pas aku ngajak putus?”
“Karena aku tau, kamu udah sakit hati sama aku Vin. Nggak ada alasan apapun yang bisa aku sampaikan ke kamu.” Kata Bayu.
“Dan waktu itu, aku mikir kalau emang dengan putus bisa bikin kamu bahagia, aku rela ngelakuin itu. Karena sejak dulu, aku cuma pengen lihat kamu bahagia Vin. Senyum setiap hari, ketawa setiap hari, walau nggak sama aku, gapapa. Aku ikhlas. . .”
Kedua mata Alvin terasa memanas. Hatinya bagai remuk redam saat mendengar penjelasan Bayu.
Ia sungguh tak menyangka jika selama ini Bayu mencintainya sebegitu besar. Sangat besar, hingga Alvin tak bisa melihatnya.
“Aku minta maaf ya Vin. Maaf kalau aku sering bikin kamu sakit hati, Maaf..” Ucap Bayu.
Lelaki itu lantas menengadah. Berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh.
Berbeda dengan Alvin. Yang kini sedang menangis dalam diam. Ia biarkan air mata itu luruh membasahi wajahnya.
Sambil menghapus bulir air mata yang menghiasi pelupuk matanya, Bayu kembali berkata, “sekali lagi maaf ya Vin.. aku gagal bikin kamu bahagia..”
“Mas Bayu. . .” Panggil Alvin dengan suaranya yang bergetar.
“Iya?”
Alvin menatap wajah Bayu lekat-lekat. Lantas dengan segenap rasa yang ada dalam hati kecilnya, Alvin pun berkata,
“Can I hug you, Mas?”
Kini giliran Bayu yang tertegun.
Untuk beberapa saat, ia tak bisa berkata-kata. Kaget dengan permintaan Alvin.
Namun akhirnya, Bayu pun mengangguk, “sure, go ahead, Vin..” katanya.
Disaksikan hembus angin di taman belakang rumah itu, Bayu dan Alvin kembali berpelukan. Untuk pertama kalinya, setelah dua tahun lamanya mereka berpisah.
Alvin merengkuh tubuh Bayu kuat-kuat. Menyandarkan wajahnya pada bahu lelaki itu, sembari menumpahkan tangisannya di sana.
Bayu balas pelukan itu dengan tak kalah erat. Air mata yang sejak tadi mati-matian Bayu tahan, akhirnya jatuh juga.
“I’m sorry, Vin.. I'm sorry..” bisik Bayu.
Alvin menggeleng lirih, “no.. Mas Bayu nggak salah..” ucapnya susah payah di sela tangisannya. “Aku juga minta maaf ya Mas.. Maaf kalau aku udah egois.. nggak pernah tau masalahnya Mas Bayu waktu itu..”
“It’s okay, it’s okay..” balas Bayu sambil mengusap-usap punggung Alvin.
Alvin melepas pelukan itu. Membawa wajahnya di hadapan wajah Bayu.
Sambil terus berlinangan air mata, Alvin akhirnya mengucapkan sebuah kalimat yang selama ini tak pernah bisa ia sampaikan kepada Bayu,
“I miss you, Mas Bayu.. aku kangen sama Mas Bayu..”
Bayu lagi-lagi dibuat menangis. Detik ini, Bayu dilambungkan oleh haru.
Setelah dua tahun memendam rindu dan rasa bersalah kepada Alvin, hari ini, ajaibnya, Bayu bisa mendengar kembali kalimat itu.
Bayu menangkup kedua sisi wajah Alvin. Diusapnya dengan lembut wajah manis itu, seraya berkata, “I miss you too, Muffin. . .”
Seiring kemudian satu kecupan lembut Bayu berikan di dahi Alvin.
Sebagai hadiah, sebagai bentuk kebahagiaan karena semesta alam telah memberikan mereka kesempatan untuk mengurai benang kusut yang selama ini memisahkan mereka berdua.
bwuniverr, 2022