Malam Pertama
mature content, first night, vanilla-sex, nipple play, kissing, fingering, multiple orgasm, pokoknya ini konten dewasa. harap bijak saat membaca ya. dan jangan nagih lagi hehe :)
Entah kenapa, Windra merasa gugup. Gugup sekali. Sejak tadi saat ia masih berada di kamar mandi, jantungnya berdegub kencang tidak karuan. Ia merasa was-was, seperti sedang diintai oleh sesuatu. Aneh sekali, kan? Padahal saat ini, ia hanya sedang berdua saja dengan suaminya, Bright. Oh... atau justru karena itu ya?
Lelaki manis yang hari ini resmi menjadi suami Bright itu melangkah memasuki kamar Bright yang telah disiapkan sedemikian rupa untuk menjadi kamar pengantin mereka dengan ragu-ragu.
“Eh, sayang.. udah beres mandinya?” Bright yang sedang duduk sambil menyandarkan dirinya di headboard kasur, bertanya sambil menyunggingkan senyum kepada Windra.
Windra membalas senyum suaminya itu, “udah, Mas.. lama ya aku mandinya?” tanyanya sambil merapatkan bathrobe yang membungkus tubuh jenjangnya.
“Enggak kok,” sahut Bright, “sini, ngapain berdiri aja di situ? Nggak capek emangnya kamu?”
Ya capek sih, capek sekali malah. Seharian menyambut tamu yang rasanya tak kunjung habis, pasti membuat tubuh Windra serasa mau rontok saja.
Maka sambil tersenyum canggung, Windra berjalan menuju kasur lalu duduk di samping sang suami yang sejak tadi tak henti tersenyum kepadanya.
Setelah Windra mengambil posisi, Bright pun melingkarkan lengannya di bahu lelaki manis itu.
Rasa gugup yang Windra hadapi, semakin terasa saat Bright tiba-tiba mendekatkan wajah tampannya itu pada tubuh Windra.
“Mas.. ngapain?”
Sambil terus mendekatkan wajahnya di bagian atas tubuh Windra, Bright menjawab, “kamu wangi banget.. harum.. Mas suka.”
Gulp. Astaga.. apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba ada desir aneh yang Windra rasakan saat Bright berucap seperti itu? Padahal Bright kan hanya memuji wangi tubuhnya..
Dengan posisi kepala yang berada tepat di depan dada Windra, Bright menolehkan wajahnya ke arah sang suami. Sebuah seringai dengan tatapan tajam itu menjadi hal pertama yang Windra lihat. Dan itu, sukses membuat Windra semakin gugup saja.
“Sayang. . . . .” panggil Bright lirih.
“I-iya, Mas?”
Seringai itu muncul lagi di wajah Bright. Lantas ia gunakan salah satu tangannya untuk meraba torso Windra yang masih dibalut bathrobe berwarna putih itu. “Apa.. kamu siap, hmm?”
Kedua netra Windra membelalak. Ia tahu betul maksud pertanyaan Bright barusan ini. Walau belum pernah melakukannya, Windra tau kalau malam pertama di hari pernikahan adalah momentum sakral yang harus dilewati oleh setiap pasangan. Dan sejujurnya, Windra sudah menyiapkan diri untuk hal ini.
Satu bulan sebelum pernikahan, Windra bahkan sempat menanyakan hal ini kepada Book. Konsultasi lah ya istilahnya. Ya.. meskipun sama-sama belum berpengalaman, setidaknya mereka kan bisa mencari inspirasi lewat hal lain. Internet misalnya. Toh tidak ada salahnya.
Dan karena itu juga, Windra sengaja menggunakan wewangian saat mandi tadi. Dengan tujuan untuk memenuhi tugasnya serta memberi kesan yang baik kepada Bright.
Yok Windra, lo harus semangat. Gaboleh kabur, ini momen penting buat lo! gumamnya dalam hati.
Maka dengan ragu, Windra menjawab, “s-siap.. Mas..”
“Beneran? Mas nggak maksa loh ya.. kalo kamu belum siap, it's okay. Mas bisa tunggu sampai kapanpun. Yang penting kamu nyaman dulu, okey?”
Windra menyuguhkan senyuman. Berharap Bright bisa memahami kalau ia memang sudah siap, “beneran kok Mas.. aku udah siap..” jawabnya, “tapi...”
“Tapi apa, hmm?”
Windra menatap Bright dengan ragu. “Tapi.. please be gentle ya Mas.. aku agak takut..” jawabnya.
“Of course I will, Sayang.. Kita bikin perjanjian ya, kalau kamu ngerasa nggak kuat, tepuk-tepuk lengannya Mas tiga kali ya? Atau kamu bilang aja, supaya Mas tau batasnya.. oke?”
Setelah menghela nafas dalam-dalam, Windra akhirnya memberi anggukan, tanda persetujuan. Seiring senyum bahagia merekah di wajah sang suami.
Dan sekarang, yang perlu Windra lakukan adalah percaya. Percaya pada suaminya, percaya bahwa ia mampu melewatinya.
***
Cupp! *cpak! Pwah!
“Mmhh....!”
Entah bagiamana ceritanya. Padahal tadi Windra sendiri yang bilang agar Bright melakukannya secara perlahan. Tapi nyatanya, sekarang malah Windra yang seperti cacing kepanasan. Lelaki manis itu kini membalik keadaan, dengan dirinya lah yang selalu menuntut setiap friksi yang diberikan oleh Bright.
“MMHH! MMh—Nghhh“
Ciuman yang mereka lakukan terasa begitu panas.
Kamar pengantin itu kini dipenuhi desah tertahan dari mulut Windra yang tengah disumpal oleh bibir dan lidah milik Bright.
“Ngg! Mmh! Pwahh!.....”
Bright melepaskan cumbuan panas itu setelah Windra menepuk lengannya berulang-ulang.
Benang saliva membentang di antara belah bibir keduanya yang telah bengkak akibat ciuman panas yang baru usai mereka lakukan.
Bright tersenyum begitu puas saat melihat Windra yang mulai kacau dibuatnya. Wajah suaminya itu memerah, dengan pandangan sayu, serta bibir yang membengkak merah, sungguh karya yang begitu indah bagi Bright.
“Pelan-pelan aja Sayang.. kenapa buru-buru gitu, hmm?” tanya Bright sambil mengusap sisi wajah Windra. “Ciuman Mas enak yah?” godanya.
Windra menggigit bibir bawahnya. Oh Tuhan.. saat ini tubuh Windra terasa panas. Panas sekali. Dan setiap kata yang terlontar dari mulut Bright, entah kenapa sukses membuatnya semakin merasa panas.
“E-enak Mas.. enak banget..” sahut Windra. Masa Bodo dengan ketakutannya. Windra sudah kepalang panas. Jadi sekalian saja.
Bright tersenyum geli saat mendengar jawaban suaminya itu. Maka ia dekatkan wajahnya kepada Windra, lalu mendaratkan bibirnya di daun telinga suaminya itu.
“Kamu mau lagi, hmm?“
Windra mati-matian menahan desah yang ingin keluar dari mulutnya. Suaminya itu benar-benar penggoda ulung.
“Mau Mas, aku mau..” jawab Windra buru-buru.
Bright menjauhkan wajahnya, ia menatap suaminya yang sudah tidak sabar itu dengan seringai kemenangan, sebelum kembali menjatuhkan ciuman di bibir ranum milik Windra itu.
Cuppp!
“MMhh... Ngh! M-mas.. mmphh!”
Bright membawa tubuh Windra untuk berbaring tanpa melepas ciumannya itu. Di bawah sana, Bright bisa merasakan penis Windra yang sudah menegang di balik bathrobe.
Maka Bright tak tinggal diam. Dengan lututnya, Bright gesek kejantanan Windra yang sukses membuat suaminya itu mengejang.
“NGH!” pekik Windra di sela ciuman itu.
Merasa sudah sama panasnya dengan Windra, Bright pun melepas ciumannya itu, kemudian bergerak untuk melucuti bathrobe yang sedari tadi membungkus tubuh Windra.
Windra yang sudah kalah itupun hanya bisa pasrah. Membiarkan Bright memimpin permainan panas malam ini.
“Oh God..” gumam Bright setelah bathrobe itu terlepas. “You're so beautiful.. Sayang..” pujinya pada Windra.
Rona merah di wajah Windra tak mampu lagi ia sembunyikan.
Bright pandangi lekuk indah tubuh Windra. Leher jenjang itu, dadanya yang begitu indah, perutnya.. penisnya yang telah menegang sempurna dengan precum yang menghias di ujungnya, serta kedua pahanya yang tampak luar biasa.
Bright menelan salivanya susah payah. Kini giliran dia yang terbangun secara sempurna karena melihat tubuh Windra.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Bright pun langsung menyerang tubuh kekasihnya itu.
“Enghh, M-maas...” rengek Windra saat Bright mulai membubuhi kecupan di sepanjang lehernya itu.
Mendengar desahan Windra membuat Bright justru makin semangat. Ia beri kecupan panas, serta hisapan kuat di setiap inci leher Windra.
“Nghh, Maas! Mmhh..”
Bright angkat wajahnya sejenak. Ia pandangi bekas merah di sekujur leher Windra, tanda kepemilikannya.
Maka Bright kembali bergerak.
Dengan bibir dan lidah panasnya itu, Bright jelajahi lekuk tubuh Windra. Mulai dari leher, bahu, lalu turun ke dadanya.
“AH! MAS!” pekik Windra saat hidung Bright tak sengaja menyentuh putingnya.
Oh.. di situ rupanya, batin Bright.
Dengan secepat kilat, Bright langsung mengarahkan mulutnya ke puting milik Windra. Dengan tangan yang lain ia gunakan untuk meremas dada Windra yang lain.
“Ahh! M-maas, j-jangan dimainin.. Nghhh! Mas.. udahh..”
Windra kelonjotan. Lelaki itu hanya bisa meremat bantal yang ia gunakan untuk melampiaskan rasa nikmat yang ia rasakan.
Namun apa yang ia lakukan, berbanding terbalik dengan ucapannya. Windra semakin memajukan dadanya. Seolah memerintahkan Bright untuk melahap habis kedua noktah hitam yang mulai membengkak karena permainannya itu.
“Mas! Ahh! Udah.. udah-mhh..” rengek Windra diiringi air mata yang mulai mengalir di wajahnya.
Sambil terus menyesap puting milik suaminya itu, tangan Bright mulai turun, menuju penis Windra yang sejak tadi tak tersentuh.
Bright lantas memberi pijatan sensual di sana, yang membuat Windra semakin mengerang nikmat.
“M-mas, please..”
Bright mengangkat wajahnya, “kenapa sayang?” goda Bright, “mau mas kocokin?” tanyanya.
Windra mengangguk heboh, seiring air mata yang mengalir semakin deras di wajahnya. “please.. please.. please..“
“Ash you wish, sayang..”
Bright kemudian kembali memasukkan puting milik Windra ke dalam mulutnya, sembari mempercepat gerakan tangannya di penis sang suami.
Windra mulai bergerak tak karuan. Ada rasa menggelitik yang muncul begitu kuat dalam perutnya. Seolah sesuatu ingin keluar saja dari sana.
“Mas! Mas!” pekiknya
“Mas!” Windra memekik saat Bright mempercepat kocokan pada penisnya. Tubuhnya menegang, seiring klimaks yang sesaat lagi akan tiba.
Bright melepas puting itu dari mulutnya, lalu bergerak menuju wajah Windra, “It's okay, Sayang.. you can cum now.. cum For Mas” bisiknya.
Tubuh Windra melengkung, seiring mulutnya terbuka lebar, dengan cairan sperma yang keluar dari penisnya.
Bright menghadiahi kecupan mesra di wajah Windra, seiring membisikkan pujian kepadanya, “Good Boy, Sayangnya Mas pinter banget..”
Setelah itu, Bright pun melanjutkan kegiatannya. Dengan sigap, Bright ambil lubricant yang sudah ia siapkan di dalam nakas, kemudian kembali lalu membuka lebar kedua kaki Windra.
“Sayang, Mas will prepare you, okay?” tanya Bright yang dibalas anggukan lemah oleh Windra.
“Ingat yah, tepuk tiga kali kalau kamu nggak kuat.”
“Mas mulai yah..”
Sesaat kemudian, Windra terperanjat saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lubang analnya.
Dan sedetik kemudian, tubuh Windra kembali menegang saat ia merasakan sesuatu menerobos anusnya.
“Are you okay, Sayang?” tanya Bright sambil terus memasukkan telunjuknya di sana.
Sambil terpejam erat, Windra mengangguk. “Im Okay, Mas.. lanjutin aja..ngh..” jawabnya.
Bright menuruti ucapan Windra. Ia menggerakan telunjuknya di sana. Keluar-masuk untuk melonggarkan lubang senggama yang terasa begitu ketat itu.
Saat rengekan Windra mulai reda, Bright menambahkan satu jari lagi ke dalam sana. Yang sukses membuat tubuh Windra kembali menegang.
“Hnggg! M-mas... uhh..”
“MAS! AHH!”
Di sana ya, gumam Bright setelah menemukan titik kenikmatan Windra.
Bright pun mempercepat gerakannya. Membuat gerakan menggunting sambil beberapa kali menumbuk prostat milik Windra yang membuat pemiliknya mengerang.
Dan setelah di rasa lubang itu sudah siap, Bright mengeluarkan jemarinya dari dalam sana yang sukses mengundang lenguhan dari bibir Windra.
Bright pun melepas boxer yang ia kenakan lalu melemparnya ke sembarang arah. Menampilkan penis besar milik Bright yang telah mengacung sempurna. Besar, berurat, gagah.
Ia buru-buru memakaikan kondom ke penisnya lalu melumuri kejantanannya itu dengan lubricant yang tadi ia gunakan untuk memberikan Windra stimulus.
“Sayang.. Mas will start it. Apa kamu siap?” tanya Bright sekali lagi.
Windra mengangguk singkat. Ia sudah kepalang panas. Jadi tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain pasrah dan percaya kepada Bright.
“Mas minta maaf ya kalau nyakitin kamu..” ujar Bright sambil mengecup dahi Windra. “Mas mulai ya sayang..”
“Iya Mas..” sahut Windra.
“Hng!” Windra melenguh kenikmatan. Padahal baru kepala penis Bright yang masuk ke dalam sana. Tapi rasanya sudah begitu penuh. Tubuhnya bagai hendak terbelah dua.
Sedangkan Bright hanya bisa menggeram rendah. Padahal ia sudah meregangkan lubang anal milik Windra, tapi rasanya masih ketat sekali.
“B-besar banget.. Mas..” rengek Windra.
Bright hanya bisa tertawa sambil terus memompa penisnya keluar masuk anal Windra. “Do you like it?” goda Bright.
“Yes! yes! Aku s-suka banget, Mass..” sahut Windra keenakan.
Bright tersenyum puas. Dan ia pun mempercepat hentakannya pada anus Windra itu. Membuat kamar itu penuh dengan suara kecipak basah hasil pergumulan mereka berdua.
“Cepet, Mas!” pinta Windra di sela tangisannya, “mau lebih, mau lebih cepet M-mas!”
Tanpa membuang banyak waktu, Bright mempercepat tempo genjotannya sesuai permintaan dari suaminya itu. Bright cengkeram pinggang Windra. Menahan posisinya agar tak menjauh.
Dengan posisi ini, Bright mampu menyentuh titik terdalam dari tubuh Windra.
“Kamu suka?” tanya Bright, “suka Mas bikin berantakan gini Sayang?”
Windra mengangguk, “suka! suka banget, Mas!” pekiknya sambil terus mendesah nikmat.
Bright menurunkan wajahnya. Melesakkan puting Win yang sudah memerah ke dalam mulutnya.
Tubuh Windra melengkung sempurna. Tangan dan kakinya bergerak gelisah, tak tahan dengan segala stimulus yang Bright berikan.
Bright mempercepat kembali gerakannya, seiring tangannya yang lain ia gunakan untuk mengocok penis Windra.
“M-mas! i wanna cum again, p-please..” rengeknya tak tahan.
Bright pun mempercepat gerakannya, sambil mempercepat kocokannya pada penis Windra.
“NGGG!-AHHH!..”
Semuanya putih. Windra mencapai klimaks untuk yang kedua kalinya. Dan hal itu membuat Bright tersenyum puas. Ada rasa bangga tersendiri saat melihat kondisi Windra yang berantakan.
Sedangkan Windra yang sudah terlampau lelah, karena mencapai orgasme untuk yang kedua kalinya, hanya bisa memandang Bright dengan tatapan tak berdaya.
Belum sempat ia berucap, Bright telah kembali bergerak. Mengejar kenikmatannya yang belum sampai.
“Ah! M-mas! Ah.. mmhh!”
Lubang Windra kembali mengetat saat merasakan penis berurat itu bergesekan dengan dinding analnya.
Bright bergerak dengan tempo yang begitu cepat. Pijatan dari dinding anal Windra sungguh nikmat. Membuat pria itu menggeram kenikmatan.
Tepat pada hentakan kelima, saat Windra mengetatkan anusnya, Bright mencapai puncaknya.
“Hm-Ahhhhh!” pekik pria itu yang langsung menjatuhkan wajahnya di leher Windra.
Keduanya terengah-engah. Dan Windra bisa merasakan sesuatu yang hangat memenuhi analnya.
Windra mengangkat tangannya. Ia usap belakang kepala Bright dengan lembut, sembari berbisik, “aku sayang Mas Bri...”
Bright mengangkat wajahnya. Ia kecup dahi Windra sambil mengusap wajah suaminya itu yang basah karena air mata. “I Love You too, Sayang.. Mas minta maaf ya udah bikin kamu sakit..” ujarnya
“Gapapa Mas.. lagian kan aku juga mau, hehe..”
Cup!
Bright mencium bibir suaminya itu dengan gemas. Lantas ia keluarkan penisnya yang sejak tadi masih berada di anus Windra. Yang membuat lenguhan sekali lagi lolos dari bibir suaminya itu.
Bright cium kening Windra dengan lembut dan penuh kasih sayang, sebelum kembali berbisik, “I Love You, Sayang.. Terima kasih ya..”
“Sama-sama Mas..” sahut Windra sambil tersenyum.
“Mas gonna clean you. Tunggu sebentar yah..” ucapnya sebelum turun dari ranjang untuk mengambil handuk basah.
Meninggalkan Windra yang tersenyum seorang diri di atas ranjang. Ia tak menyesal. Sama sekali. Kini justru ia merasa lebih bahagia lagi setelah berhubungan badan dengan Bright. Walau memang sakit sih sebetulnya, tapi lebih banyak kebahagiaan yang ia dapat. Apalagi saat melihat senyum cerah yang terbit di wajah suaminya itu. Entah mengapa sukses membuat hati Windra menghangat. Dan kini ia benar-benar sadar, bahwa pilihannya untuk menikahi Bright tidak lah salah. Sebab ternyata, ada sejuta kebahagiaan besar yang menanti mereka berdua di depan sana. Kebahagiaan yang nantinya bisa melengkapi hidup mereka.
bwuniverr 2021