Netflix & Chill.

  • porn with plot
  • kissing, nipple play, handjob, blowjob, cumming, dirty talk.
  • please leave this story if you're not be able to read this kind of things yet.

Metawin sedikit terkejut lantaran ciuman Bright terasa cukup kuat. Dan kalau boleh jujur, it feels damn good.. cara Bright memagut bibirnya, cara Bright memberi friksi pada dirinya, rasanya sungguh luar biasa.

Ciuman itu terasa hangat. Lembut, dan tidak menuntut.

Mmh… Nghh..

Desah yang sejak tadi Metawin tahan, akhirnya muncul begitu saja. Ia tak lagi bisa menafikkan betapa hebat Bright saat ini.

Bright melepas ciuman itu setelah merasa cukup. Tanpa sadar, tubuhnya sudah mengungkung Metawin.

Ia pandangi wajah Metawin yang terlihat sayu. Bibir bengkaknya, kedua pipi yang memerah, serta pandangannya yang sudah hanyut dalam permainan Bright membuat dirinya tersenyum puas.

Tak ingin melewatkan kesempatan sedikitpun, Bright kembali bergerak. Bukan bibir, namun leher Metawinlah sasarannya kali ini.

“Ah! M-mas.. mmh..”

Desah dari mulut Metawin terdengar semakin vokal saat ia merasakan bibir lembut serta lidah hangat milik Bright bermain di leher jenjangnya.

Metawin seolah berdiri di jurang kebimbangan. Ia ingin sekali menghentikan Bright sebab rasa geli yang tercipta darinya sungguh tak tertahankan. Namun disisi lain, hatinya seolah enggan untuk berhenti dari kegiatan ini. Rasanya candu, nagih kalau kata orang pada umumnya.

Uhh.. mmh-Ah!

Metawin tak lagi sanggup mengendalikan kewarasannya. Sebab permainan Bright ini sungguh sangat luar biasa. Dan Metawin gila dibuatnya.

Sedangkan Bright, pria itu masih terus menghujani sang kekasih dengan nikmat tiada tara. Sambil sesekali tersenyum saat Metawin mendesah, memejamkan mata erat-erat, tanda ia tak sanggup menerima kenikmatan bertubi-tubi ini.

“Ah! Mas, j-jangan digigit!” Rengek Metawin.

Namun Bright tak mengindahkan permintaan itu. Bright terus menyesap, melumat, menggigiti leher Metawin hingga tercipta bekas kepemilikian di sana.

“M-mas.. udah..”

Bright mengangkat wajahnya. Ia tersenyum melihat Metawin yang sudah terlihat kacau seperti ini. Nafasnya terengah, bibirnya terbuka lebar, dengan pandangan sayu yang justru tampak begitu menawan untuk Bright.

Does it feels good, sayang?” Tanya Bright sambil menyibak rambut yang menutupi dahi sang kekasih.

Metawin menggigit bibir bawahnya. Menatap Bright yang terus tersenyum kepadanya, sambil memberi anggukan singkat, malu-malu.

“Mau dilanjut apa enggak, hm?”

Metawin terdiam. Otaknya kopong, tidak bisa diajak berpikir. Namun dari sorot matanya, Bright bisa melihat bahwa tidak ada penolakan di sana.

“Kenapa diem, sayang? Mau dilanjut yah? Enak kan kayak tadi?”

Ya Tuhan, bohong sekali rasanya kalau Metawin bilang tidak enak. Metawin ingin sekali menjawab, tapi lidahnya kelu. Energinya seperti terkuras habis oleh sentuhan Bright barusan tadi.

“Sayang, answer me. Do you want to stop?”

Metawin menggeleng.