Pasca Jadian uyy.
Waktu terasa bergulir begitu cepat.
Menyulap gelap malam menjadi pagi yang cerah.
Walau begitu, ada satu hal yang masih sama.
Yakni perasaan bahagia yang ada di antara mereka berdua, Bright dan Metawin.
Sepasang kekasih yang baru saja saling menyatakan cinta kemarin malam.
Dan disinilah mereka sekarang.
Tidur berhadapan sambil memeluk tubuh satu sama lain.
Abai pada sang mentari yang sudah duduk di singgasananya.
Metawin menggeliat saat merasakan hangat yang berasal dari sinar mentari pagi.
Perlahan, pemuda manis itu membuka mata.
Hanya untuk mendapati Bright, kekasihnya, yang masih memejamkan mata.
Dengan posisi yang sangat dekat, tentunya.
Seulas senyum tipis muncul di wajah Metawin.
Seiring kemudian, ia gunakan tangan kirinya untuk mengusap wajah Bright yang terlihat begitu damai.
“Mmm. . .” Gumam Bright saat merasakan sentuhan di wajahnya.
Senyum di wajah Metawin tampak semakin lebar.
Ia lantas menusuk-nusuk pipi kekasihnya itu dengan telunjuknya.
“Kakak. . .” Panggil Metawin dengan lembut, “ayo bangun.. waktunya kuliah..” ucapnya.
Bukannya menjawab, Bright justru menarik Metawin.
Membawa tubuh mereka semakin dekat.
“Nanti dulu,” jawab Bright.
“Ih, ayo bangun.. nanti aku telat kuliahnya. . .” Rengek Metawin.
“Lima menit lagi.”
“Sekaraaang. . .” Rengeknya lagi.
Akhirnya, Bright pun membuka mata.
Wajah berandalan itu langsung dihiasi senyuman saat melihat wajah kekasihnya.
“Kenapa buru-buru sih? Masih jam segini, sayang. . .”
Ada sensasi menggelitik yang datang di tubuh Metawin saat Bright memanggilnya dengan sebutan sayang.
Maklum sih. Mereka kan baru jadian. Jadi mungkin belum terbiasa.
Metawin memajukan bibirnya, “kalo nggak siap-siap sekarang, nanti telat..”
Bright kembali tersenyum.
Ia cubit pipi gembil milik kekasihnya itu dengan lembut.
“Yaudah, iya. Siap-siap sekarang aja,” ucapnya sambil melepas pelukan itu.
Metawin pun kembali tersenyum.
Saat pelukan itu terlepas, tiba-tiba Metawin mendekatkan wajahnya ke arah Bright.
“Apa sayang?” Sahut Bright bingung.
Namun kebingungannya itu langsung hilang saat tiba-tiba Metawin menggerakkan wajahnya.
Cup! Cup! Cup!
Bright mendelik, “sayang? Kok.. nakal banget cium-cium..” ucapnya.
“Biarin, aku mau balas dendam,” sahut Metawin. “Soalnya kemarin Kakak nyium aku terus.”
Bright tertawa, “Astaga.. kamu nih ya, lucu bang—”
Cup! Cup! Cup!
“—EH, Sayang! Udah-udah.. eh uda—”
Cup! Cup! Cup!
“—hahaha, Sayang, udaaah, udah ih stop!”
Metawin menahan wajahnya.
Ia tatap wajah Bright lekat-lekat sebelum akhirnya mengarahkan bibirnya pada milik Bright.
Cupppp!
Dan, ciuman itu terjadi lagi.
Namun kali ini, ciuman itu terasa lebih lembut dan hangat dari yang kemarin.
Mereka berdua menikmati ciuman itu.
Meresapi setiap geletar indah yang hadir di dalam dada.
Namun sepertinya, momen itu tidak bertahan lama.
Karena tiba-tiba, Bright melepas ciuman itu secara paksa. Hingga membuat Metawin kebingungan.
“Kenapa, Kak?” Tanya Metawin setelah melihat wajah Bright yang tampak panik.
Bright menggeleng lirih, “gapapa, m-mending kamu siap-siap, ya? Mandi sekarang aja.. sun nya, jangan diterusin.. hehe.”
“Tumben.. kenapa emangnya?”
Bright terdiam. Cowok itu salah tingkah.
Karena, ada satu alasan yang membuatnya seperti ini.
Dan alasan itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah Joni.
“Kak.. kenapa?.. Ada masalah?” Tanya Metawin lagi.
Bright kembali menggeleng, “nggak ada masalah kok. Tapi. . .”
“Tapi? Tapi apa?”
“Tapi nanti takut si Joni bangun. . . hehe.”
“Joni?” Alis Metawin bertaut, “Joni siapa?”
Bukannya menjawab, Bright justru membawa tubuhnya dan Metawin untuk duduk.
Kemudian, Bright mengajak kekasihnya itu untuk berjalan menuju kamar mandi.
“Dah, kamu m-mandi dulu aja, ya? Udah mau jam tujuh, nanti kamu telat, oke? Habis itu gantian kakak yang mandi,” ujarnya sambil mengarahkan Metawin untuk masuk ke kamar mandi.
Menyisakan dirinya yang kini menarik nafas dalam-dalam, meredakan sensasi paniknya yang hadir karena ulah si Joni.
Serta Metawin yang kini kebingungan di dalam kamar mandi.