YANG DI INGINKAN

warning! mature content! include bahasa kotor : penis, anal, precum, etc. please be wise reader. jorok! jorok! jorok pokoknya. read with your own risk!


Bright meletakkan tubuh kekasihnnya itu dengan lembut di atas ranjang. Lalu ditatapnya wajah manis milik kekasihnya itu yang kini tampak sedikit bingung di bawah kungkungannya sana. Lantas, diusapnya pipi gembil itu, lalu ia berkata, “Sayang, Mas tanya sekali lagi, Awin beneran mau nyobain sama Mas?” tanya Bright seraya menyibak helai rambut yang jatuh menutupi dahi kekasihnya ini. “Kalo Awin nggak siap, nggak papa kok sayang, nggak perlu dilanjutin. Gimana?”

Sedangkan yang ditanya kini menatap penuh tanya ke arah Bright, seakan meminta kepastian. Sungguh, Awin sungguh ingin melakukannya. Namun tak ia pungkiri, rasa takut dalam dirinya tak kalah besar dengan kenginannya itu. Tapi apa mau dikata? Bagaimana kita bisa tahu jika kita tak pernah mencobanya? Dan saat ini, tak ada salahnya kan untuk percaya pada Mas Bri-nya ini? Dan akhirnya dengan satu tarikan nafas, Awin menjawab, “Awin mau kok, Mas. Tapi.. pelan-pelan ya.. Awin masih agak takut..” cicitnya.

Yang lebih tua kini tersenyum di atas sana. “Iya sayang.. inget ya kode pengamannya. Tepuk lengan Mas Bii tiga kali kalo Awin ngerasa nggak kuat, Oke?” tanyanya yang dibalas anggukan oleh Awin.

Dan detik berikutnya, Bright pun bergerak. Memangkas habis jarak diantaranya dan Awin, berusaha menyatukan dua hasrat yang masih saja tertahan sedari tadi.

CUP....

Kedua bibir milik insan yang tengah dimabuk asmara itu kembali menyatu. Baik Bright maupun Awin saling memejamkan mata, membiarkan rasa itu menjalar di keduanya. Ciuman yang awalnya tenang dan menenangkan itu perlahan berubah, menjadi kian panas dan menuntut satu sama lain. Membuat Awin yang mulanya tenang, kini bergerak tak karuan kala ia merasa tak mampu mengimbangi ciuman dari Bright.

“..sssh...ahh...”

Satu desahan lolos dari mulut Awin kala Bright mulai menggigiti kembali bibir bawah kekasihnya itu, meminta akses lebih untuk dirinya. Dan benar saja, usaha Bright selalu berhasil. Dengan sedikit saja friksi yang ia berikan, Awin langsung menerimanya. Setelah bibir itu sedikit terbuka, Bright langsung melesakkan lidahnya untuk masuk ke dalam mulut Awin, mengabsen setiap jengkal yang ada di dalam sana. Membuat desahan serta erangan tertahan menguar dari mulut Awin.

“...mmmphhh... mmmhhh...”

“...eummhh... shhh..mmmpphhhhh”

Suara kecipak basah memenuhi kamar Bright yang kini terasa begitu panas karena aktivitas keduanya. Bright begitu menikmati mulut kekasihnya itu. Ia terus menyesap, menghisap, menjilati setiap bagian yang ada, seakan tak ada lagi hari esok untuknya. Awin yang mulai kelabakan lantas memukul pelan dada bidang Bright, memberi isyarat bahwa ia kehabisan nafas. Sedikit rasa kecewa terbesit dari dalam hati Bright. Tapi ia tak boleh egois. Bagaimanapun, kenyamanan Awin adalah yang utama.

“..mhhhh...mmp-Pwah!”

Dan akhirnya pangutan itu terlepas. Menyisakan benang saliva yang membentang di antara keduanya. Bright tersenyum melihat wajah kekasihnya yang seakan dilimpahi kenikmatan dengan bibir yang membengkak serta nafas yang terengah-engah.

“Sayangnya Mas Bii cantik banget...” puji Bright seraya mengusap sisa cumbuannya di ujung bibir milik Awin. Membuat Awin seketika merona, blushing. “Mas lanjutin ya sayang?” tanya Bright lagi, memastikan.

Awin yang memang sudah dilanda kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah. Ia tak perduli lagi. Ia hanya menginginkan satu hal. Ia ingin merasakan hal ini dengan Bright, kekasihnya. Itu saja.

Detik berikutnya, Bright melepaskan kaus yang masih melekat di tubuhnya. Menampakkan tubuh atletis miliknya yang selama ini dikagumi oleh Awin tanpa sepengetahuannya. Melihat lekuk tubuh milik Bright dalam suasana seperti ini, membuat Awin merasakan desir aneh yang begitu panas dalam tubuhnya.

“Kenapa sayang kok lihatin Mas sampe kaya gitu, hmm?”

Tanya Bright sembari menggigit bibir bawahnya sendiri, setelah ia merasa Awin memandangnya lekat-lekat. “Nggak papa m-mas.. badannya mas Bii bagus.. Awin suka..” jawabnya terbata-bata sambil tak lepas memandangi tubuh kekasihnya itu.

Bright terkekeh pelan mendengar ucapan polos dari kekasihnya ini. Lalu ia dekatkan wajahnya pada Awin seraya berkata, “Makasih Sayangnya Mas Bii..”

Bright lantas membawa kembali Awin dalam ciuman panas bersamanya. Disesapnya dengan begitu rakus bibir manis kekasihnya itu. Dan setelah puas dengannya, Bright lantas bergerak turun, menciumi bagian lain dari tubuh kekasihnya. Mulai dari dagu, beralih ke telinga, hingga ke leher jenjang milik Awin.

“..enghh.. m-mass...” rengek Awin kala Bright mulai menjilati telinga Awin dengan nakal. Tubuh Awin mulai bergerak tak karuan. Ia tak terbiasa dengan friksi yang begitu menggelitik seperti ini.

“..ngg-Ahhh.. m-mas Bii...hhh” desah Awin kala Bright mengulum cuping telinga Awin dengan mulutnya. Jari-jari kaki Awin menekuk, menahan gelombang nikmat yang mendera tubuhnya.

Mendengar desahan vokal yang keluar dari mulut Awin membuat Bright makin bersemangat melakukan kegiatannya. Kakinya yang menganggur di bawah sana, kini turut bergerak. Menggesek bagian bawah Awin yang sama-sama masih terbungkus celana, membuat Awin menggeram merasakan nikmat yang lagi-lagi datang.

“..m-mas.. nnghhh..u-udahhh...” rengek Awin kala Bright bermain-main di sekitaran leher jenjang milik Awin. Membubuhi kecupan, jilatan, serta hisapan yang meninggalkan bekas merah keunguan di sana, tanda kepemilikannya atas Awin.

Awin kini tak mampu lagi berpikir jernih. Tubuh dan hasratnya telah diliputi kenikmatan tiada tara. Sebelah tangannya ia gunakan untuk meremat surai coklat milik Bright. Sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk meremat, mengacak-acak sprei sebagai bentuk pelampiasannya.

Bright mengangkat wajahnya sejenak. Membuat desahan vokal Awin terjeda. Lalu kemudian, dibukanya kemeja yang masih melekat di tubuh Awin perlahan-lahan. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengangkat tubuh Awin untuk memudahkannya melepas kemeja itu.

Dan setelah kemeja itu terlepas, Bright langsung menjatuhkan wajahnya ke dada mulus milik Awin. Hendak bermain bersama gundukan sintal dengan noktah coklat yang ada di hadapannya.

“..ng-Ah! ...m-masss!..enggghhh!!!!” tubuh Awin menggeliat. Kedua matanya terpejam. Mulutnya menganga lebar, namun tak ada satupun kata yang keluar dari sana, melainkan desahan serta erangan yang menambah tensi kamar ini.

Bright tak memperdulikan erangan itu. Ia terus bermain dengan dada milik kekasihnya itu. Di hisapnya kuat-kuat puting kekasihnya itu sambil satu tangannya yang lain ia gunakan untuk memilin puting Awin yang lain.

“mmhhh.. m-mass.. s-stooopp.. ngghhh!”

Bright tak mengindahkan permintaan Awin. Ia terus menghisap puting kekasihnya itu tanpa ampun. Membuat Awin berkali-kali membusungkan dadanya, seakan meminta Bright agar menghisapnya jauh lebih dalam.

“..ngahh..hah..hah...”

Bright yang sudah tak kuasa menahan hasrat, lantas berjalan menuju laci. Mengambil kondom dan lubricant yang sudah ia miliki sejak lama. Lalu ia beranjak kembali ke atas ranjang. Melepas sisa pakaian yang masih melekat di tubuhnya dan tubuh Awin.

Setelah keduanya telanjang bulat, Bright lantas membuka kaki Awin lebar-lebar. Dan dengan satu gerakan cepat, Bright menuangkan lubricant ke tangannya.

“...ssshh...m-mas.. dingin..” rengek Awin setelah ia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lubang analnya. “Tahan ya sayang.. kalo sakit, inget kode pengamannya..” ujar Bright. Dan benar saja, sedetik kemudian,

“...ngg-Ngah!! S-sakit m-mass...hh..” rengek Awin setelah ia merasakan benda asing yang masuk ke dalam lubang anal miliknya. “..sshh.. sayang.. tahan sebentar ya..” ujar Bright sambil mengusap paha dalam milik kekasihnya itu, berusaha menenangkannya.

Melihat tak ada lagi rengekan lagi dari mulut Awin, Bright mulai menggerakkan jarinya maju mundur di dalam lubang anal itu. Membuat Awin mendesah lagi di atas sana. Sedangkan tangan yang satunya, ia gunakan untuk menyentuh penis milik Awin yang telah basah oleh cairan precum miliknya sendiri.

“..enghhh! ahhh! M-mass.. Mas Bi... emmhhh”

“kenapa sayang, hmm? Enak? Awin suka?” tanya Bright sambil mengurut penis kekasihnya itu seraya memaju-mundurkan jarinya di dalam lubang anal milik Awin.

“..enggh.. s-suka! Awin suka-AHHH!” desah Awin begitu kencang saat ia merasakan sesuatu menumbuk tepat di dalam sana. Membuat tubuhnya bagai di sengat aliran listrik.

“kenapa sayang? Di sini ya? mau lagi?”

“..enggh i-iya mas.. m-mau lagi-Ahhh!” belum sempat Awin berbicara, Bright lebih dulu menumbuk lagi titik kenikmatan yang ia temukan itu. Membuat Awin membusurkan tubuhnya. Bright lantas melanjutkan gerakannya. Ia tambah jumlah jari yang masuk dalam lubang anal itu, serta mempercepat gerakannya memgocok penis milik Awin.

“Hah! m-mas! M-maass!!..”

“Mau keluar ya sayang? Iya?” tanya Bright yang di jawab anggukan oleh Awin. “keluar aja sayang.. gapapa.. keluarin buat Mas Bii..” Dan dengan beberapa kali tumbukan tepat di titik kenikmatan Awin, akhirnya Awin mengalami pelepasan. Tubuhnya melengkung bak busur panah. Kedua matanya terpejam, bibirnya terbuka lebar dengan jari kaki yang tertekuk menahan kenikmatan tiada tanding yang ia rasakan.

“Cantik banget sayangnya Mas Bii..” ujar Bright sambil menghadiahi ciuman hangat di kening bibir Awin yang masih terengah-engah. “Mas masukin ya sayang?” tanya Bright yang dijawab anggukan lemah oleh Awin. Ia tak lagi sanggup berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menyiapkan diri sendiri untuk langkah berikutnya.

Bright lantas mengeluarkan kedua jarinya dari lubang anal milik Awin yang telah terasa longgar. Ia pakai dengan cekatan kondom itu, lalu ia lumasi penisnya yang telah menegang sempurna dengan lubricant yang ia miliki. “Mas mulai ya, kalo sakit teriak aja, jangan di tahan..” ujarnya seraya mendekatkan ujung penisnya ke lubang rektum milik Awin yang telah berkedut sempurna.

“..engghh.. akh! M-mass..hhhh s-sakit..”

“.. ssh.. sayang.. jangan lihat, lihat wajah Mas Bii aja ya.. sshh..” ujar Bright berusaha menenangkan Awin yang tampak kesakitan.

“..hiks.. s-sakit maaass... hiks..” rengek Awin. Padahal baru kepala penis milik Bright yang masuk. Namun rasa sakitnya seakan tubuhnya hendak dibelah dua. “..sayang.. sayang.. coba tarik nafas. Mas nggak gerak kok.. apa mau berhenti aja, hmm?” tanya bright yang dijawab gelengan oleh Awin.

“yaudah, mas diem dulu. Awin coba diatur nafasnya yuk sayang.. iya.. gitu.. pinternya sayangnya Mas Bi..” ujar Bright yang berusaha menjaga agar Awin tak merasakan sakit lebih parah.

“m-mas...”

“iya sayang? Kenapa? mau berhenti aja?”

“enggak.. m-mas udah boleh gerak..”

Bright tersenyum mendengar penuturan Awin. Dihadiahinya ciuman hangat di bibir manis itu. Dan sedetik kemudian, Bright mulai bergerak. Dengan sekali dorongan, ia masukkan penis miliknya itu ke dalam lubang anal milik Awin.

“..enggh! akh! M-mass!!...eunggh...” rengek Awin setelah penis milik Bright melesak sepenuhnya di tubuh Awin.

“mmh.. s-sempit banget kamu sayang..hhh.. mas bii gerak ya..” ujar Bright yang dibalas anggukan singkat oleh Awin.

“..he’eng-Ah! Emmhh.. ahhh!” desah Awin kala Bright mulai menghentakkan tubuhnya. Tangannya menggapai-gapai sprei di sekitar tubuhnya. Merematnya kuat, melampiaskan rasa sakit yang perlahan berubah menjadi kenikmatan

“Enak sayang? Hmm? ..sshh.. lubang kamu enak banget sayang..hhh”

“A-ahhh! S-sukaa banget-nghh!”

Kamar milik Bright kini dipenuhi oleh suarah desah dan tumbukan antar kulit milik Bright dan Awin. Bright bergerak maju mundur dengan mata yang beberapa kali terpejam sembari menggeram rendah. Sedang di bawah sana, Awin menganga, mendesahkan dengan vokal nama Bright sembari terus menggeliat, merasa kenikmatan atas sentuhan yang Bright berikan.

“Ng-AKH! Ahhh!”

“..mmh.. di sana ya sayang? Iya?”

“engh! Iya m-mas! M-mau lagi..ng-Ahhh! M-mas Bii!” pekik Awin saat Bright menumbuk prostatnya berulang kali, membuatnya makin kehilangan akal sehatnya.

Tubuh Bright bergerak konstan. Keluar masuk, menumbuk prostat Awin berkali-kali. Membuat Awin terus menerus mengerang hebat di bawah sana.

“..m-mas! m-mau keluar-nghh! Awin m-mau keluar!!”

“iya sayang.. keluar bareng ya.. hhh” Bright kemudian bergerak, melumat bibir Awin dengan lembut, menciptakan bunyi kecipak yang terasa makin panas di dalam kamar itu.

“Mmmhh.. Ah!! M-mas Bii-nghh!”

“iya sayang.. m-mas juga mau keluar-ngAhh!”

“M-maass!!! Ngg—hhh”

“Awin! M-mas mau keluar-hhhh”

“Mass-NGAHH!”

“Awin! Emhh-Ahhhhhh!”

Pada hentakan terakhir, akhirnya mereka berdua mencapai puncak kenikmatan masing-masing. Memuntahkan cairan hangat yang mengotori tubuh keduanya. Keduanya terengah untuk beberapa saat, hingga akhirnya Bright melepas penyatuan itu. Menimbulkan geraman rendah yang menguar dari mulut Awin.

“..hiks.. hiks..”

“Sayang?.. Sayang.. lihat mas Bii bentar sayang, Sakit banget? Mas Bii minta maaf ya sayang ya.. udah udah.. jangan nangis..” ujar Bright sambil mengusap-usap pipi Awin yang basah karena air mata. Bright dibuat terkejut kala mendengar suara tangis yang tiba-tiba dari Awin.

“Awin sayang sama Mas Bii..” ujar Awin yang langsung memeluk tubuh Bright erat, sesenggukan di dalam sana. “Iya sayang.. Mas Bii juga sayang sama Awin.. udah ya jangan nangis..” ujar Bright sambil menciumi wajah kekasihnya yang basah karena air mata itu.

Setelah Awin cukup tenang, Bright lantas mulai membersihkan tubuhnya dan milik Awin. Awin yangg mungkin terlalu lelah, langsung tertidur tepat setelah Bright membersihkan tubuhnya. Ia lantas berbaring di samping sang kekasih, menarik selimut menutupi tubuh keduanya, lalu merengkuh tubuh itu dalam pelukannya.

“makasih, sayangnya mas bii.. selamat istirahat..” bisik Bright pada Awin. Ia lalu menyamankan tubuhnya, menyusul Awin menuju alam mimpi. Mimpi yang mukin paling indah setelah kegiatan bercintanya tadi.


bwuniverr 2020