bwuniverr

#salah minum bisma edwin, oneshot rated!

Tag(s)! : dirty talk, have a lot of vulgar scene, blowjob, nipple play, kissing, fingering, multiple orgasm, banyak kata-kata kasar. Intinya ini jorok, jorok, jorok. be wise reader ya sobat.

“enghhh... mmmh.. ah..sssh.. ngg—Ahhhh.. u-dah Win.. c-cukup..” pinta Bright saat sang masseur bernama Win itu terus mengulum kejantanannya dalam-dalam. permainannya begitu nikmat. membuat bright kewalahan mengatasinya.

“engggg.. win—Ahhhhhhh!!” namun, bukannya menuruti perintah customernya, Win justru melahap habis milik Bright hingga tak tersisa. membuat pria itu memejamkan mata, meremat sprei kuat-kuat. menahan rasa nikmat yang tak tertahankan

when someday i felt so lonely i will catch you

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas GDH Jogjakarta

Selasa, 15 Oktober 2020

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas GDH Jogjakarta

Selasa, 15 Oktober 2020

warning! mature content! include bahasa kotor : penis, anal, precum, etc. please be wise reader. jorok! jorok! jorok pokoknya. read with your own risk!


Bright meletakkan tubuh kekasihnnya itu dengan lembut di atas ranjang. Lalu ditatapnya wajah manis milik kekasihnya itu yang kini tampak sedikit bingung di bawah kungkungannya sana. Lantas, diusapnya pipi gembil itu, lalu ia berkata, “Sayang, Mas tanya sekali lagi, Awin beneran mau nyobain sama Mas?” tanya Bright seraya menyibak helai rambut yang jatuh menutupi dahi kekasihnya ini. “Kalo Awin nggak siap, nggak papa kok sayang, nggak perlu dilanjutin. Gimana?”

Sedangkan yang ditanya kini menatap penuh tanya ke arah Bright, seakan meminta kepastian. Sungguh, Awin sungguh ingin melakukannya. Namun tak ia pungkiri, rasa takut dalam dirinya tak kalah besar dengan kenginannya itu. Tapi apa mau dikata? Bagaimana kita bisa tahu jika kita tak pernah mencobanya? Dan saat ini, tak ada salahnya kan untuk percaya pada Mas Bri-nya ini? Dan akhirnya dengan satu tarikan nafas, Awin menjawab, “Awin mau kok, Mas. Tapi.. pelan-pelan ya.. Awin masih agak takut..” cicitnya.

Yang lebih tua kini tersenyum di atas sana. “Iya sayang.. inget ya kode pengamannya. Tepuk lengan Mas Bii tiga kali kalo Awin ngerasa nggak kuat, Oke?” tanyanya yang dibalas anggukan oleh Awin.

Dan detik berikutnya, Bright pun bergerak. Memangkas habis jarak diantaranya dan Awin, berusaha menyatukan dua hasrat yang masih saja tertahan sedari tadi.

CUP....

Kedua bibir milik insan yang tengah dimabuk asmara itu kembali menyatu. Baik Bright maupun Awin saling memejamkan mata, membiarkan rasa itu menjalar di keduanya. Ciuman yang awalnya tenang dan menenangkan itu perlahan berubah, menjadi kian panas dan menuntut satu sama lain. Membuat Awin yang mulanya tenang, kini bergerak tak karuan kala ia merasa tak mampu mengimbangi ciuman dari Bright.

“..sssh...ahh...”

Satu desahan lolos dari mulut Awin kala Bright mulai menggigiti kembali bibir bawah kekasihnya itu, meminta akses lebih untuk dirinya. Dan benar saja, usaha Bright selalu berhasil. Dengan sedikit saja friksi yang ia berikan, Awin langsung menerimanya. Setelah bibir itu sedikit terbuka, Bright langsung melesakkan lidahnya untuk masuk ke dalam mulut Awin, mengabsen setiap jengkal yang ada di dalam sana. Membuat desahan serta erangan tertahan menguar dari mulut Awin.

“...mmmphhh... mmmhhh...”

“...eummhh... shhh..mmmpphhhhh”

Suara kecipak basah memenuhi kamar Bright yang kini terasa begitu panas karena aktivitas keduanya. Bright begitu menikmati mulut kekasihnya itu. Ia terus menyesap, menghisap, menjilati setiap bagian yang ada, seakan tak ada lagi hari esok untuknya. Awin yang mulai kelabakan lantas memukul pelan dada bidang Bright, memberi isyarat bahwa ia kehabisan nafas. Sedikit rasa kecewa terbesit dari dalam hati Bright. Tapi ia tak boleh egois. Bagaimanapun, kenyamanan Awin adalah yang utama.

“..mhhhh...mmp-Pwah!”

Dan akhirnya pangutan itu terlepas. Menyisakan benang saliva yang membentang di antara keduanya. Bright tersenyum melihat wajah kekasihnya yang seakan dilimpahi kenikmatan dengan bibir yang membengkak serta nafas yang terengah-engah.

“Sayangnya Mas Bii cantik banget...” puji Bright seraya mengusap sisa cumbuannya di ujung bibir milik Awin. Membuat Awin seketika merona, blushing. “Mas lanjutin ya sayang?” tanya Bright lagi, memastikan.

Awin yang memang sudah dilanda kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah. Ia tak perduli lagi. Ia hanya menginginkan satu hal. Ia ingin merasakan hal ini dengan Bright, kekasihnya. Itu saja.

Detik berikutnya, Bright melepaskan kaus yang masih melekat di tubuhnya. Menampakkan tubuh atletis miliknya yang selama ini dikagumi oleh Awin tanpa sepengetahuannya. Melihat lekuk tubuh milik Bright dalam suasana seperti ini, membuat Awin merasakan desir aneh yang begitu panas dalam tubuhnya.

“Kenapa sayang kok lihatin Mas sampe kaya gitu, hmm?”

Tanya Bright sembari menggigit bibir bawahnya sendiri, setelah ia merasa Awin memandangnya lekat-lekat. “Nggak papa m-mas.. badannya mas Bii bagus.. Awin suka..” jawabnya terbata-bata sambil tak lepas memandangi tubuh kekasihnya itu.

Bright terkekeh pelan mendengar ucapan polos dari kekasihnya ini. Lalu ia dekatkan wajahnya pada Awin seraya berkata, “Makasih Sayangnya Mas Bii..”

Bright lantas membawa kembali Awin dalam ciuman panas bersamanya. Disesapnya dengan begitu rakus bibir manis kekasihnya itu. Dan setelah puas dengannya, Bright lantas bergerak turun, menciumi bagian lain dari tubuh kekasihnya. Mulai dari dagu, beralih ke telinga, hingga ke leher jenjang milik Awin.

“..enghh.. m-mass...” rengek Awin kala Bright mulai menjilati telinga Awin dengan nakal. Tubuh Awin mulai bergerak tak karuan. Ia tak terbiasa dengan friksi yang begitu menggelitik seperti ini.

“..ngg-Ahhh.. m-mas Bii...hhh” desah Awin kala Bright mengulum cuping telinga Awin dengan mulutnya. Jari-jari kaki Awin menekuk, menahan gelombang nikmat yang mendera tubuhnya.

Mendengar desahan vokal yang keluar dari mulut Awin membuat Bright makin bersemangat melakukan kegiatannya. Kakinya yang menganggur di bawah sana, kini turut bergerak. Menggesek bagian bawah Awin yang sama-sama masih terbungkus celana, membuat Awin menggeram merasakan nikmat yang lagi-lagi datang.

“..m-mas.. nnghhh..u-udahhh...” rengek Awin kala Bright bermain-main di sekitaran leher jenjang milik Awin. Membubuhi kecupan, jilatan, serta hisapan yang meninggalkan bekas merah keunguan di sana, tanda kepemilikannya atas Awin.

Awin kini tak mampu lagi berpikir jernih. Tubuh dan hasratnya telah diliputi kenikmatan tiada tara. Sebelah tangannya ia gunakan untuk meremat surai coklat milik Bright. Sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk meremat, mengacak-acak sprei sebagai bentuk pelampiasannya.

Bright mengangkat wajahnya sejenak. Membuat desahan vokal Awin terjeda. Lalu kemudian, dibukanya kemeja yang masih melekat di tubuh Awin perlahan-lahan. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengangkat tubuh Awin untuk memudahkannya melepas kemeja itu.

Dan setelah kemeja itu terlepas, Bright langsung menjatuhkan wajahnya ke dada mulus milik Awin. Hendak bermain bersama gundukan sintal dengan noktah coklat yang ada di hadapannya.

“..ng-Ah! ...m-masss!..enggghhh!!!!” tubuh Awin menggeliat. Kedua matanya terpejam. Mulutnya menganga lebar, namun tak ada satupun kata yang keluar dari sana, melainkan desahan serta erangan yang menambah tensi kamar ini.

Bright tak memperdulikan erangan itu. Ia terus bermain dengan dada milik kekasihnya itu. Di hisapnya kuat-kuat puting kekasihnya itu sambil satu tangannya yang lain ia gunakan untuk memilin puting Awin yang lain.

“mmhhh.. m-mass.. s-stooopp.. ngghhh!”

Bright tak mengindahkan permintaan Awin. Ia terus menghisap puting kekasihnya itu tanpa ampun. Membuat Awin berkali-kali membusungkan dadanya, seakan meminta Bright agar menghisapnya jauh lebih dalam.

“..ngahh..hah..hah...”

Bright yang sudah tak kuasa menahan hasrat, lantas berjalan menuju laci. Mengambil kondom dan lubricant yang sudah ia miliki sejak lama. Lalu ia beranjak kembali ke atas ranjang. Melepas sisa pakaian yang masih melekat di tubuhnya dan tubuh Awin.

Setelah keduanya telanjang bulat, Bright lantas membuka kaki Awin lebar-lebar. Dan dengan satu gerakan cepat, Bright menuangkan lubricant ke tangannya.

“...ssshh...m-mas.. dingin..” rengek Awin setelah ia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lubang analnya. “Tahan ya sayang.. kalo sakit, inget kode pengamannya..” ujar Bright. Dan benar saja, sedetik kemudian,

“...ngg-Ngah!! S-sakit m-mass...hh..” rengek Awin setelah ia merasakan benda asing yang masuk ke dalam lubang anal miliknya. “..sshh.. sayang.. tahan sebentar ya..” ujar Bright sambil mengusap paha dalam milik kekasihnya itu, berusaha menenangkannya.

Melihat tak ada lagi rengekan lagi dari mulut Awin, Bright mulai menggerakkan jarinya maju mundur di dalam lubang anal itu. Membuat Awin mendesah lagi di atas sana. Sedangkan tangan yang satunya, ia gunakan untuk menyentuh penis milik Awin yang telah basah oleh cairan precum miliknya sendiri.

“..enghhh! ahhh! M-mass.. Mas Bi... emmhhh”

“kenapa sayang, hmm? Enak? Awin suka?” tanya Bright sambil mengurut penis kekasihnya itu seraya memaju-mundurkan jarinya di dalam lubang anal milik Awin.

“..enggh.. s-suka! Awin suka-AHHH!” desah Awin begitu kencang saat ia merasakan sesuatu menumbuk tepat di dalam sana. Membuat tubuhnya bagai di sengat aliran listrik.

“kenapa sayang? Di sini ya? mau lagi?”

“..enggh i-iya mas.. m-mau lagi-Ahhh!” belum sempat Awin berbicara, Bright lebih dulu menumbuk lagi titik kenikmatan yang ia temukan itu. Membuat Awin membusurkan tubuhnya. Bright lantas melanjutkan gerakannya. Ia tambah jumlah jari yang masuk dalam lubang anal itu, serta mempercepat gerakannya memgocok penis milik Awin.

“Hah! m-mas! M-maass!!..”

“Mau keluar ya sayang? Iya?” tanya Bright yang di jawab anggukan oleh Awin. “keluar aja sayang.. gapapa.. keluarin buat Mas Bii..” Dan dengan beberapa kali tumbukan tepat di titik kenikmatan Awin, akhirnya Awin mengalami pelepasan. Tubuhnya melengkung bak busur panah. Kedua matanya terpejam, bibirnya terbuka lebar dengan jari kaki yang tertekuk menahan kenikmatan tiada tanding yang ia rasakan.

“Cantik banget sayangnya Mas Bii..” ujar Bright sambil menghadiahi ciuman hangat di kening bibir Awin yang masih terengah-engah. “Mas masukin ya sayang?” tanya Bright yang dijawab anggukan lemah oleh Awin. Ia tak lagi sanggup berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menyiapkan diri sendiri untuk langkah berikutnya.

Bright lantas mengeluarkan kedua jarinya dari lubang anal milik Awin yang telah terasa longgar. Ia pakai dengan cekatan kondom itu, lalu ia lumasi penisnya yang telah menegang sempurna dengan lubricant yang ia miliki. “Mas mulai ya, kalo sakit teriak aja, jangan di tahan..” ujarnya seraya mendekatkan ujung penisnya ke lubang rektum milik Awin yang telah berkedut sempurna.

“..engghh.. akh! M-mass..hhhh s-sakit..”

“.. ssh.. sayang.. jangan lihat, lihat wajah Mas Bii aja ya.. sshh..” ujar Bright berusaha menenangkan Awin yang tampak kesakitan.

“..hiks.. s-sakit maaass... hiks..” rengek Awin. Padahal baru kepala penis milik Bright yang masuk. Namun rasa sakitnya seakan tubuhnya hendak dibelah dua. “..sayang.. sayang.. coba tarik nafas. Mas nggak gerak kok.. apa mau berhenti aja, hmm?” tanya bright yang dijawab gelengan oleh Awin.

“yaudah, mas diem dulu. Awin coba diatur nafasnya yuk sayang.. iya.. gitu.. pinternya sayangnya Mas Bi..” ujar Bright yang berusaha menjaga agar Awin tak merasakan sakit lebih parah.

“m-mas...”

“iya sayang? Kenapa? mau berhenti aja?”

“enggak.. m-mas udah boleh gerak..”

Bright tersenyum mendengar penuturan Awin. Dihadiahinya ciuman hangat di bibir manis itu. Dan sedetik kemudian, Bright mulai bergerak. Dengan sekali dorongan, ia masukkan penis miliknya itu ke dalam lubang anal milik Awin.

“..enggh! akh! M-mass!!...eunggh...” rengek Awin setelah penis milik Bright melesak sepenuhnya di tubuh Awin.

“mmh.. s-sempit banget kamu sayang..hhh.. mas bii gerak ya..” ujar Bright yang dibalas anggukan singkat oleh Awin.

“..he’eng-Ah! Emmhh.. ahhh!” desah Awin kala Bright mulai menghentakkan tubuhnya. Tangannya menggapai-gapai sprei di sekitar tubuhnya. Merematnya kuat, melampiaskan rasa sakit yang perlahan berubah menjadi kenikmatan

“Enak sayang? Hmm? ..sshh.. lubang kamu enak banget sayang..hhh”

“A-ahhh! S-sukaa banget-nghh!”

Kamar milik Bright kini dipenuhi oleh suarah desah dan tumbukan antar kulit milik Bright dan Awin. Bright bergerak maju mundur dengan mata yang beberapa kali terpejam sembari menggeram rendah. Sedang di bawah sana, Awin menganga, mendesahkan dengan vokal nama Bright sembari terus menggeliat, merasa kenikmatan atas sentuhan yang Bright berikan.

“Ng-AKH! Ahhh!”

“..mmh.. di sana ya sayang? Iya?”

“engh! Iya m-mas! M-mau lagi..ng-Ahhh! M-mas Bii!” pekik Awin saat Bright menumbuk prostatnya berulang kali, membuatnya makin kehilangan akal sehatnya.

Tubuh Bright bergerak konstan. Keluar masuk, menumbuk prostat Awin berkali-kali. Membuat Awin terus menerus mengerang hebat di bawah sana.

“..m-mas! m-mau keluar-nghh! Awin m-mau keluar!!”

“iya sayang.. keluar bareng ya.. hhh” Bright kemudian bergerak, melumat bibir Awin dengan lembut, menciptakan bunyi kecipak yang terasa makin panas di dalam kamar itu.

“Mmmhh.. Ah!! M-mas Bii-nghh!”

“iya sayang.. m-mas juga mau keluar-ngAhh!”

“M-maass!!! Ngg—hhh”

“Awin! M-mas mau keluar-hhhh”

“Mass-NGAHH!”

“Awin! Emhh-Ahhhhhh!”

Pada hentakan terakhir, akhirnya mereka berdua mencapai puncak kenikmatan masing-masing. Memuntahkan cairan hangat yang mengotori tubuh keduanya. Keduanya terengah untuk beberapa saat, hingga akhirnya Bright melepas penyatuan itu. Menimbulkan geraman rendah yang menguar dari mulut Awin.

“..hiks.. hiks..”

“Sayang?.. Sayang.. lihat mas Bii bentar sayang, Sakit banget? Mas Bii minta maaf ya sayang ya.. udah udah.. jangan nangis..” ujar Bright sambil mengusap-usap pipi Awin yang basah karena air mata. Bright dibuat terkejut kala mendengar suara tangis yang tiba-tiba dari Awin.

“Awin sayang sama Mas Bii..” ujar Awin yang langsung memeluk tubuh Bright erat, sesenggukan di dalam sana. “Iya sayang.. Mas Bii juga sayang sama Awin.. udah ya jangan nangis..” ujar Bright sambil menciumi wajah kekasihnya yang basah karena air mata itu.

Setelah Awin cukup tenang, Bright lantas mulai membersihkan tubuhnya dan milik Awin. Awin yangg mungkin terlalu lelah, langsung tertidur tepat setelah Bright membersihkan tubuhnya. Ia lantas berbaring di samping sang kekasih, menarik selimut menutupi tubuh keduanya, lalu merengkuh tubuh itu dalam pelukannya.

“makasih, sayangnya mas bii.. selamat istirahat..” bisik Bright pada Awin. Ia lalu menyamankan tubuhnya, menyusul Awin menuju alam mimpi. Mimpi yang mukin paling indah setelah kegiatan bercintanya tadi.


bwuniverr 2020

warning! : mature content! bright!top win!bottom contains many bad words! such as : penis, cum, blowjob, etc please read at your own risk!


Bright melangkahkan masuk ke dalam kamar bersama Iwin yang masih mengekorinya di belakang. Alis mata Iwin bertaut. Bingung. Mengapa Bright mengajaknya ke dalam kamar jika mereka hendak memakan permen bersama?

Namun Iwin masih tak memikirkan ke arah mana kegiatan ini akan berlalu. Ia masih fokus. Tertuju pada tujuannya yang utama, makan permen bersama p'baii

Setibanya di sana, Bright membiarkan Iwin duduk di atas ranjang, sedangkan Bright berjalan ke arah pintu untuk menutupnya.

“loh kok pintunya ditutup?” tanya Iwin polos yang membuat Bright terkekeh. “Katanya mau mam permen, ya ditutup dong biar ndak kena debu” kilah Bright.

Iwin yang memang tak tahu apa-apa hanya mangut-mangut, berusaha mengiyakan apapun yang diucapkan oleh Bright.

Dan setelah pintu itu tertutup, Bright membalikkan tubuhnya. Menghadap ke arah Iwin dengan seringai nakal yang jelas-jelas ia tunjukan pada kekasihnya. Membuat yang lebih muda menatap bingung ke arahnya.

Melihat Bright yang berjalan mendekat sambil memasukkan kedua tangan di saku celananya membuat Iwin meneguk ludah. p'bai kenapa kok jadi gini.. gumamnya dalam hati sambil tak melepas sedikitpun pandangannya dari wajah Bright.

Setibanya Bright di depan sang kekasih, salah satu tangannya terjulur untuk menyentuh bahu kekasihnya itu. Lalu dengan perlahan mendorongnya untuk berbaring di atas ranjang.

Kedua alis Iwin bertaut. Kerutan muncul di dahinya. Walau dilanda kebingungan, Iwin sama sekali tak menolak apapun yang dilakukan oleh Bright.

Barulah saat Bright mulai menyentuh bibir miliknya, Iwin angkat bicara “p—p'bai mau ngapain?” tanyanya gugup. Namun bukannya menjawab, Bright justru memainkan jari telunjuknya di bibir manis milik kekasihnya itu, membuat tubuh Iwin meremang.

“p—p'bai....” rengek Iwin. Ia tak nyaman dengan sensasi yang timbul akibat sentuhan dari yang lebih tua.

”..sshh.. sayang.. gapapa.. tenang ya.. katanya mau mam permen, hmm?” goda Bright dengan senyum licik yang tersungging di bibirnya.

“i—iya.. mana permennya.. Iwin pengen mam permen.. bukan kaya gini..” sahutnya.

Bright terkekeh. Ia lantas mengusap lembut pipi gembil itu dengan tangannya. Lalu kemudian, Bright dekatkan wajahnya ke telinga Iwin, “iya sayang.. kita mau mam permen kok.. sabar ya..” bisik Bright tepat di daun telinga Iwin, sembari mengecup singkat telinga itu, membuat desahan kecil lolos dari mulut Iwin.

Bright mengangkat wajahnya. Di tatapnya wajah sang kekasih yang mulai memerah di bawah kungkungannya itu. Dan dengan perlahan, Bright mulai mengikis jarak di antaranya dengan sang kekasih.

Iwin membelalakkan matanya. Ia mulia menyadari kegiatan apa yang hendak dilakukan oleh Bright. “p—p'baii...” rengeknya.

Bright menahan pergerakannya. Ditatapnya wajah Iwin yang merah padam bak kepiting rebus itu. Ia sentuh dengan lembut bibir sang kekasih dengan ibu jarinya. Membuat Iwin memejamkan matanya sejenak, menikmati sensasi yang lagi-lagi diberikan oleh Bright.

“sayang.. p'baii boleh kan?” tanya Bright. Walau ia kini sudah kepalang nafsu, ia tak mau membiarkan egonya berkendali. Bagaimanapun, Iwin punya hak untuk bersuara. Dan Bright akan mengahrgai apapun itu.

Sedang di bawah sana, Iwin tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Sejujurnya Iwin sudah pernah melakukan hal seperti ini dengan Bright. Namun hanya sebatas berciuman saja. Tak pernah lebih. Ia masih memikirkan permen yang ditemukannya di tas milik Bright.

Namun tubuhnya kini didera sebuah getar yang tak bisa Iwin ungkap dengan kata-kata. Iwin tak memungkiri, jika sentuhan yang diberikan oleh Bright selalu membawa debar aneh dalam dirinya. Membuat Iwin selalu terbuai olehnya.

Lama bergelut dengan pikirannya sendiri, Iwin lantas melirik sejenak ke arah Bright yang masih setia menunggu jawaban darinya. Ia lantas berpikir sejenak. Paling permennya di kasih habis ini sama P'Baii.. gumamnya dalam hati.

Iwin menghela nafas. Dan dengan ragu, akhirnya ia mengangguk. Sebuah anggukan lemah yang sukses merekahkan senyum sumringah di wajah yang lebih tua.

Dan detik berikutnya, Iwin merasakannya. Benda kenyal yang menyentuh bibirnya.

CUP!

Membuat dirinya memejamkan mata seketika. Menikmati sentuhan yang diberikan oleh Bright.

Bright memagut bibir itu dengan lembut. Menyesapnya perlahan, menyalurkan rasa kasihnya pada Iwin.

Ciuman yang awalnya lembut itu, perlahan berubah menuntut. Bright mulai menggerakan lidahnya di atas bibir Iwin, berusaha mencari akses lebih.

Bright menggigit bibir bawah kekasihnya itu, membuatnya menggeram, yang tanpa sadar membukakan akses untuk Bright agar bergerak lebih jauh.

Bright memasukkan lidahnya ke dalam mulut Iwin. Menyapu setiap bagian yang ada di dalamnya. Membuat Iwin mendesah cukup kencang di sela pangutan itu.

“ehm...mmmphh” desah Iwin. Bahkan kini kedua tangannya telah mengalung indah di leher milik Bright, berusaha memperdalam ciuman mereka.

Ciuman itu harus berhenti tatkala Iwin memukul pelan dada milik Bright. Mengisyaratkan bahwa ia kehabisan nafas.

”..nghhh—Pwah!”

Benang saliva terbentang di antara bibir kedua insan yang dimabuk asmara itu.

Bright tersenyum menatap Iwin yang terengah-engah dengan wajah sayunya serta bibirnya yang membengkak. Membuat Bright makin terangsang di sana.

Belum puas menghirup oksigen, Iwin dibuat kembali melenguh kala Bright mulai menjajahi leher jenjang miliknya. Membubuhi leher manis itu dengan kecupan, jilatan, gigitan, bahkan sedotan kecil di sana.

”..eunggghh.. p—p'baii...” rengek Iwin sambil meremat kuat sprei di sisi tubuhnya. Menyalurkan getar nikmat yang tak mampu ia gambarkan.

Mendengar desahan vokal dari sang kekasih, membuat Bright makin bersemangat. Dengan beringas disesapnya leher itu hingga memunculkan rona merah keunguan di banyak tempat.

Setelah puas bermain di leher itu, tangan Bright bergerak untuk menyingkap kaus yang dikenakan oleh Iwin.

”..p—p'baii jangan...” rengek Iwin. Ini pertama kalinya Bright berbuat lebih. Mmebuatnya merasa khawatir.

”... sshh.. gapapa sayang.. percaya sama p'baii ya?” ucap Bright sambil menghadiahi kecupan kecil di kening sang kekasih. Lalu ia lanjutkan aksinya yang belum genap itu.

Setelah kaus itu terangkat, Bright tersenyum mengagumi tubuh indah sang kekasih. Dan tanpa pikir panjang, Bright langsung bergerak, menyerang dada sang kekasih yang sedari dulu ingin ia miliki.

”...enggghh! p—p'baii! j-jangann..ahh!” desah Iwin tak tertahankan.

“p—p'baii.. udahh.. nggh—Ahh!” rengeknya lagi. Tak terasa kedua matanya mulai memburam karena air mata. Ia tak kuasa menerima kenikmatan ini.

Sedangkan Bright tak menghiraukan ucapan kekasihnya ini. Bibirnya terus ia gunakan untuk menyesap puting kekasihnya ini. Sambil salah satu tangannya bergerak liar. Memijit, memilin dan menarik puting yang tak terjamah oleh mulutnya. Membuat Iwin bergerak tak karuan.

Setelah puas dengan puting itu, Bright bergerak ke bawah. Menarik celana yang dikenakan oleh Iwin.

Iwin yang sudah terbuai, tak lagi mampu memberi perlawanan apapun. Yang pasti ia hanya memikirkan satu hal, Ia harus percaya dengan P'Baii nya ini.

Dengan cekatan Bright melepas semua pakaian yang dikenakan oleh Iwin. Membuat kekasihnya ini telanjang bulat, tanpa sehelaipun benang yang menutupi tubuhnya.

Bright muali bergerak. Diusapnya paha dalam kekasihnya ini. Membuat pekikan kecil menguar dari mulut Iwin.

”... ssh... sayang... tenang..” ujar Bright.

Tangan Bright kini berhenti tepat di penis milik Iwin yang kini telah menegang serta basah oleh cairan precum. Dan dengan perlahan, dipijatnya penis kekasih itu dengan gerakan konstan, maju mundur. Menjadikan Iwin menggelinjang tak karuan.

”..eengghhh p'baii.. ngghhh...”

“tenang sayang.. tenang.. p'bai habis ini mau mam lolipop dulu ya sayang ya..” ujar Bright dengan senyum jahilnya.

Dan dengan satu gerakan cepat, Bright menundukkan wajahnya, mengecup puncak kepala penis itu, lalu melesakkannya masuk ke dalam mulutnya. Membuat tubuh Iwin membusung bak busur panah, meluapkan sensasi begitu nikmat yang melandanya.

“ahhh! p—p'baii.. enggghh—Ahhh” rengek Iwin. Ia tak lagi mampu berpikir jernih. Bahkan kedua matanya kini telah basah oleh air mata.

Bright terus menghisap penis itu kuat-kuat. Sesekali lidahnya bermain di lubang urin yang basah karena precum itu.

Awin mulai bergerak makin tak karuan kala merasakan gelitik aneh di perutnya. Sensasinya bagai hendak buang air kecil.

”...p—p'baii udahhh.. Iwin m-mau pipis..hhh” ya. memang Iwin masih tabu soal hal seperti ini.

Bukannya Berhenti, Bright justru mempercepat gerakannya seraya meremas buah zakar yang menggantung di bawah penis itu.

”..nggghh! p—p'baii udah! Nggahhhhh!”

Tubuh Iwin membusur. Ia telah mengalami puncak kenikmatan pertamanya.

Bright meneguk habis sprema kekasihnya itu. Lalu melepaskan penis itu dari mulutnya. Ditatapnya wajah Iwin yang telah terengah-engah.

“enak sayang?” tanya Bright yang di sahuti rengekan oleh Iwin.

Setelah memberi stimulus pada Iwin, Bright kini mulai melepas pakaian yang ia kenakan. Mulai dari kaus hingga celananya. Dan detik berikutnya kedua obsidian milik Iwin menangkap penis milik Bright yang telah menegang begitu tegak di sana.

Dengan smirknya, Bright melangkah mendekat. Lalu ia buka lebar-lebar kedua kaki Iwin. Membuat yang lebih muda kembali memebelalakkan matanya.

“p—p'bai mau ngapa—akh!” suara Iwin tercekat kala merasakan sebuah jari memaksa masuk ke dalam lubang analnya.

“tenang sayang.. rileks badannya.. jangan dijepit gini, nanti sakitnya nggak selesai-selesai..” ucap Bright sambil mengusap dahi sang kekasih, berusaha menenangkan.

“ngghhhh! p'bai s-sakiiit..”

Bright tak sedikitpun menghentikan aksinya. Sebab ini adalah langkah penting untuk kelanjutan kegiatannya ini.

Iwin makin mengeratkan cengkeramannya kala Bright menambahkan satu jari ke dalam lubang anal itu.

“AKHHH!” Iwin memekik kala ia merasakan jemari Bright menyentuh titik kenikmatannya.

“di sini ya sayang ya..” ujar Bright sambil kembali menumbuk prostat milik kekasihnya ini. Membuat desahan vokal lagi-lagi mengisi kamar itu.

Bright baru menghentikan aksinya kala dirasa lubang kekasihnya ini sudah cukup mengendur, siap dimasuki oleh penis miliknya.

Bright bergerak ke arah nakas. Membuka salah satu laci, dan mengambil benda yang begitu familiar di mata Iwin, permen keinginannya.

“Iwin mau makan ini kan?” tanya Bright yang tak mampu dijawab oleh Iwin.

Bright lantas melepas bungkus itu. Mengeluarkan isi dari bungkus berwarna yang begitu menarik perhatian Iwin. “ini bukan permen sayang.. namanya kondom.. gunanya buat pengaman waktu main kaya gini.. Iwin ngerti kan sekarang?” tanya Bright yang disahuti anggukan lemah oleh Iwin.

Bright buru-buru memakai kondom itu di penisnya yang telah menegang, lalu membasahinya dengan lubricant miliknya. Mengocoknya sejenak, lalu mengarahkannya tepat di lubang anal kekasih.

“p'baii!!!!” pekik Awin kala ia merasakan sebuah benda besar mulai masuk ke dalam tubuhnya.

”..hiks.. p'pbaii.. sakitt....” rengek Iwin. Sakit. Benar-benar sakit. Rasanya begitu perih di bagian bawah tubuhnya.

Melihat kekasihnya yang kesakitan ini, Bright sesungguhnya tak tega. Namun bagaimanapun, ia tak mungkin menyudahi kegiatannya ini. Akhirnya dengan satu hentakan, Bright memasukkan penis itu seutuhnya.

”...HUAAAA! P'BAII.. S—SAKITTT...” jerit Iwin. Rasa sakitnya benar-benar tak tertahankan. Kedua wajahnya basah karena air mata.

”...ssh.. sayang.. tenang dulu.. tenang.. P'Baii diem dulu biar nggak sakit..” ujar nya sambil mengusap pipi Iwin itu, berusaha mengalihkan rasa sakit yang diderita Iwin.

Setelah dirasa Iwin cukup tenang, Bright mulai bergerak. Memaju mundurkan tubuhnya, membuat penis besar miliknya bergerak keluar masuk di lubang anal itu.

”..nggh! p'baii.. akhh.. eunghh”

”...eunghh.. p'baii.. eunghhh.. ahh...” rengekan Iwin perlahan berubah menjadi desahan nikmat. Walau air matanya terus mengalir, rasa sakit yang ia rasakan perlahan menghilang, digantikan rasa nikmat yang muncul perlahan.

”.. engghhh p—p'bai.. akh... eunghh..”

”..emmh sayang.. k-kamu sempith bangeet..”

Bright mempercepat gerakannya. Membuat Iwin kembali dalam isak tangisnya. Bahkan Bright berkali-kali menumbuk titik kenikmatan milik Iwin. Membuat erangan vokal menguar begitu kuat.

”...emhhh p'baii Iwin m-mau pipis lagi..enghh”

”...sabar ya sayang b-bentar lagi.. emh.. bareng sama p'bai..”

”...engh.. ahhh.. p'baii.. ahhh...”

”...iwin.. s-sayang.. emhh.. enak b-banget sayang... mmhhh”

Bright menghentikan gerakannya. Ia tarik penis miliknya keluar dari lubang anal itu. Membuat Iwin menatapnya kebingungan. Ia lepas kondom yang ada di penisnya itu. Mengambil lubricant lalu mengoleskannya di penis telanjangnya itu. Bright merasa tak nyaman memakai kondom. Itulah alasannya.

Bright lantas kembali bergerak. Memaju mundurkan tubuhnya dengan tempo yang lebih cepat. Membuat Iwin mengerang kembali.

“P'BAII.. ENGGHH! IWIN—AHHH” rengek Iwin kala merasa akan mengalami pelepasan untuk kedua kalinya.

“S-SAYANG.. ENGHHHH—NGGHHH”

“P'BAI! AHHHHHHHHHHHH!”

“S—SAYANG.. NGAHHHHHHH!!!”

Putih. Segalanya berubah putih untuk mereka berdua. Keduanya saling memeluk erat. Menerima pelepasan bersama-sama. Perut keduanya kotor karena sperma milik Iwin yang kembali keluar. Sedangkan perut Iwin terasa hangat, karena sperma milik Bright yang keluar di dalam sana.

Bright lantas bergerak perlahan, melepaskan tautan keduanya. Membuat Iwin sedikit meringis.

”...hiks.. p'baii jahat...” isakan terdengar dari mulut Iwin. Ia kini menangis terisak-isak karena rasa sakit yang mulai menjalari tubuhnya.

Bright lantas bergerak mendekat, memeluk sang kekasih yang tengah menangis itu. “sayang.. p'bai minta maaf ya.. Iwin jadi sakit kaya gini..”

”...hiks.. p'bai jahat!” rengeknya lagi di sela tangisannya.

“iya.. p'bai jahat.. p'bai minta maaf ya..” ujarnya sambil mengecup puncak kepala kekasihnya itu. “p'baii bersihin dulu ya sayang” ujar Bright.

Ia lantas bergerak mengambil handuk dari kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya dan tubuh Iwin yang kotor.

Dan setelah itu, Bright bergerak kembali ke atas ranjang. Memeluk sang kekasih yang masih terisak-isak sambil terus mengusap punggungnya yang bergetar.

Kini Iwin menyesali permintaannya memakan permen bersama Bright. Sebab ia harus berakhir menerima rasa sakit seperti ini. p'bai jahat! iwin gamau minta mam permen lagi sesalnya dalam hati.

Siapa yang tahu, jika hal inilah yang nantinya membawa perubahan besar dalam hidup Iwin, juga hidup Bright.

© bwuniverr 2020

warning! : mature content! bright!top win!bottom contains many bad words! such as : penis, cum, blowjob, etc please read at your own risk!


Bright melangkahkan masuk ke dalam kamar bersama Iwin yang masih mengekorinya di belakang. Alis mata Iwin bertaut. Bingung. Mengapa Bright mengajaknya ke dalam kamar jika mereka hendak memakan permen bersama?

Namun Iwin masih tak memikirkan ke arah mana kegiatan ini akan berlalu. Ia masih fokus. Tertuju pada tujuannya yang utama, makan permen bersama p'baii

Setibanya di sana, Bright membiarkan Iwin duduk di atas ranjang, sedangkan Bright berjalan ke arah pintu untuk menutupnya.

“loh kok pintunya ditutup?” tanya Iwin polos yang membuat Bright terkekeh. “Katanya mau mam permen, ya ditutup dong biar ndak kena debu” kilah Bright.

Iwin yang memang tak tahu apa-apa hanya mangut-mangut, berusaha mengiyakan apapun yang diucapkan oleh Bright.

Dan setelah pintu itu tertutup, Bright membalikkan tubuhnya. Menghadap ke arah Iwin dengan seringai nakal yang jelas-jelas ia tunjukan pada kekasihnya. Membuat yang lebih muda menatap bingung ke arahnya.

Melihat Bright yang berjalan mendekat sambil memasukkan kedua tangan di saku celananya membuat Iwin meneguk ludah. p'bai kenapa kok jadi gini.. gumamnya dalam hati sambil tak melepas sedikitpun pandangannya dari wajah Bright.

Setibanya Bright di depan sang kekasih, salah satu tangannya terjulur untuk menyentuh bahu kekasihnya itu. Lalu dengan perlahan mendorongnya untuk berbaring di atas ranjang.

Kedua alis Iwin bertaut. Kerutan muncul di dahinya. Walau dilanda kebingungan, Iwin sama sekali tak menolak apapun yang dilakukan oleh Bright.

Barulah saat Bright mulai menyentuh bibir miliknya, Iwin angkat bicara “p—p'bai mau ngapain?” tanyanya gugup. Namun bukannya menjawab, Bright justru memainkan jari telunjuknya di bibir manis milik kekasihnya itu, membuat tubuh Iwin meremang.

“p—p'bai....” rengek Iwin. Ia tak nyaman dengan sensasi yang timbul akibat sentuhan dari yang lebih tua.

”..sshh.. sayang.. gapapa.. tenang ya.. katanya mau mam permen, hmm?” goda Bright dengan senyum licik yang tersungging di bibirnya.

“i—iya.. mana permennya.. Iwin pengen mam permen.. bukan kaya gini..” sahutnya.

Bright terkekeh. Ia lantas mengusap lembut pipi gembil itu dengan tangannya. Lalu kemudian, Bright dekatkan wajahnya ke telinga Iwin, “iya sayang.. kita mau mam permen kok.. sabar ya..” bisik Bright tepat di daun telinga Iwin, sembari mengecup singkat telinga itu, membuat desahan kecil lolos dari mulut Iwin.

Bright mengangkat wajahnya. Di tatapnya wajah sang kekasih yang mulai memerah di bawah kungkungannya itu. Dan dengan perlahan, Bright mulai mengikis jarak di antaranya dengan sang kekasih.

Iwin membelalakkan matanya. Ia mulia menyadari kegiatan apa yang hendak dilakukan oleh Bright. “p—p'baii...” rengeknya.

Bright menahan pergerakannya. Ditatapnya wajah Iwin yang merah padam bak kepiting rebus itu. Ia sentuh dengan lembut bibir sang kekasih dengan ibu jarinya. Membuat Iwin memejamkan matanya sejenak, menikmati sensasi yang lagi-lagi diberikan oleh Bright.

“sayang.. p'baii boleh kan?” tanya Bright. Walau ia kini sudah kepalang nafsu, ia tak mau membiarkan egonya berkendali. Bagaimanapun, Iwin punya hak untuk bersuara. Dan Bright akan mengahrgai apapun itu.

Sedang di bawah sana, Iwin tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Sejujurnya Iwin sudah pernah melakukan hal seperti ini dengan Bright. Namun hanya sebatas berciuman saja. Tak pernah lebih. Ia masih memikirkan permen yang ditemukannya di tas milik Bright.

Namun tubuhnya kini didera sebuah getar yang tak bisa Iwin ungkap dengan kata-kata. Iwin tak memungkiri, jika sentuhan yang diberikan oleh Bright selalu membawa debar aneh dalam dirinya. Membuat Iwin selalu terbuai olehnya.

Lama bergelut dengan pikirannya sendiri, Iwin lantas melirik sejenak ke arah Bright yang masih setia menunggu jawaban darinya. Ia lantas berpikir sejenak. Paling permennya di kasih habis ini sama P'Baii.. gumamnya dalam hati.

Iwin menghela nafas. Dan dengan ragu, akhirnya ia mengangguk. Sebuah anggukan lemah yang sukses merekahkan senyum sumringah di wajah yang lebih tua.

Dan detik berikutnya, Iwin merasakannya. Benda kenyal yang menyentuh bibirnya.

CUP!

Membuat dirinya memejamkan mata seketika. Menikmati sentuhan yang diberikan oleh Bright.

Bright memagut bibir itu dengan lembut. Menyesapnya perlahan, menyalurkan rasa kasihnya pada Iwin.

Ciuman yang awalnya lembut itu, perlahan berubah menuntut. Bright mulai menggerakan lidahnya di atas bibir Iwin, berusaha mencari akses lebih.

Bright menggigit bibir bawah kekasihnya itu, membuatnya menggeram, yang tanpa sadar membukakan akses untuk Bright agar bergerak lebih jauh.

Bright memasukkan lidahnya ke dalam mulut Iwin. Menyapu setiap bagian yang ada di dalamnya. Membuat Iwin mendesah cukup kencang di sela pangutan itu.

“ehm...mmmphh” desah Iwin. Bahkan kini kedua tangannya telah mengalung indah di leher milik Bright, berusaha memperdalam ciuman mereka.

Ciuman itu harus berhenti tatkala Iwin memukul pelan dada milik Bright. Mengisyaratkan bahwa ia kehabisan nafas.

”..nghhh—Pwah!”

Benang saliva terbentang di antara bibir kedua insan yang dimabuk asmara itu.

Bright tersenyum menatap Iwin yang terengah-engah dengan wajah sayunya serta bibirnya yang membengkak. Membuat Bright makin terangsang di sana.

Belum puas menghirup oksigen, Iwin dibuat kembali melenguh kala Bright mulai menjajahi leher jenjang miliknya. Membubuhi leher manis itu dengan kecupan, jilatan, gigitan, bahkan sedotan kecil di sana.

”..eunggghh.. p—p'baii...” rengek Iwin sambil meremat kuat sprei di sisi tubuhnya. Menyalurkan getar nikmat yang tak mampu ia gambarkan.

Mendengar desahan vokal dari sang kekasih, membuat Bright makin bersemangat. Dengan beringas disesapnya leher itu hingga memunculkan rona merah keunguan di banyak tempat.

Setelah puas bermain di leher itu, tangan Bright bergerak untuk menyingkap kaus yang dikenakan oleh Iwin.

”..p—p'baii jangan...” rengek Iwin. Ini pertama kalinya Bright berbuat lebih. Mmebuatnya merasa khawatir.

”... sshh.. gapapa sayang.. percaya sama p'baii ya?” ucap Bright sambil menghadiahi kecupan kecil di kening sang kekasih. Lalu ia lanjutkan aksinya yang belum genap itu.

Setelah kaus itu terangkat, Bright tersenyum mengagumi tubuh indah sang kekasih. Dan tanpa pikir panjang, Bright langsung bergerak, menyerang dada sang kekasih yang sedari dulu ingin ia miliki.

”...enggghh! p—p'baii! j-jangann..ahh!” desah Iwin tak tertahankan.

“p—p'baii.. udahh.. nggh—Ahh!” rengeknya lagi. Tak terasa kedua matanya mulai memburam karena air mata. Ia tak kuasa menerima kenikmatan ini.

Sedangkan Bright tak menghiraukan ucapan kekasihnya ini. Bibirnya terus ia gunakan untuk menyesap puting kekasihnya ini. Sambil salah satu tangannya bergerak liar. Memijit, memilin dan menarik puting yang tak terjamah oleh mulutnya. Membuat Iwin bergerak tak karuan.

Setelah puas dengan puting itu, Bright bergerak ke bawah. Menarik celana yang dikenakan oleh Iwin.

Iwin yang sudah terbuai, tak lagi mampu memberi perlawanan apapun. Yang pasti ia hanya memikirkan satu hal, Ia harus percaya dengan P'Baii nya ini.

Dengan cekatan Bright melepas semua pakaian yang dikenakan oleh Iwin. Membuat kekasihnya ini telanjang bulat, tanpa sehelaipun benang yang menutupi tubuhnya.

Bright muali bergerak. Diusapnya paha dalam kekasihnya ini. Membuat pekikan kecil menguar dari mulut Iwin.

”... ssh... sayang... tenang..” ujar Bright.

Tangan Bright kini berhenti tepat di penis milik Iwin yang kini telah menegang serta basah oleh cairan precum. Dan dengan perlahan, dipijatnya penis kekasih itu dengan gerakan konstan, maju mundur. Menjadikan Iwin menggelinjang tak karuan.

”..eengghhh p'baii.. ngghhh...”

“tenang sayang.. tenang.. p'bai habis ini mau mam lolipop dulu ya sayang ya..” ujar Bright dengan senyum jahilnya.

Dan dengan satu gerakan cepat, Bright menundukkan wajahnya, mengecup puncak kepala penis itu, lalu melesakkannya masuk ke dalam mulutnya. Membuat tubuh Iwin membusung bak busur panah, meluapkan sensasi begitu nikmat yang melandanya.

“ahhh! p—p'baii.. enggghh—Ahhh” rengek Iwin. Ia tak lagi mampu berpikir jernih. Bahkan kedua matanya kini telah basah oleh air mata.

Bright terus menghisap penis itu kuat-kuat. Sesekali lidahnya bermain di lubang urin yang basah karena precum itu.

Awin mulai bergerak makin tak karuan kala merasakan gelitik aneh di perutnya. Sensasinya bagai hendak buang air kecil.

”...p—p'baii udahhh.. Iwin m-mau pipis..hhh” ya. memang Iwin masih tabu soal hal seperti ini.

Bukannya Berhenti, Bright justru mempercepat gerakannya seraya meremas buah zakar yang menggantung di bawah penis itu.

”..nggghh! p—p'baii udah! Nggahhhhh!”

Tubuh Iwin membusur. Ia telah mengalami puncak kenikmatan pertamanya.

Bright meneguk habis sprema kekasihnya itu. Lalu melepaskan penis itu dari mulutnya. Ditatapnya wajah Iwin yang telah terengah-engah.

“enak sayang?” tanya Bright yang di sahuti rengekan oleh Iwin.

Setelah memberi stimulus pada Iwin, Bright kini mulai melepas pakaian yang ia kenakan. Mulai dari kaus hingga celananya. Dan detik berikutnya kedua obsidian milik Iwin menangkap penis milik Bright yang telah menegang begitu tegak di sana.

Dengan smirknya, Bright melangkah mendekat. Lalu ia buka lebar-lebar kedua kaki Iwin. Membuat yang lebih muda kembali memebelalakkan matanya.

“p—p'bai mau ngapa—akh!” suara Iwin tercekat kala merasakan sebuah jari memaksa masuk ke dalam lubang analnya.

“tenang sayang.. rileks badannya.. jangan dijepit gini, nanti sakitnya nggak selesai-selesai..” ucap Bright sambil mengusap dahi sang kekasih, berusaha menenangkan.

“ngghhhh! p'bai s-sakiiit..”

Bright tak sedikitpun menghentikan aksinya. Sebab ini adalah langkah penting untuk kelanjutan kegiatannya ini.

Iwin makin mengeratkan cengkeramannya kala Bright menambahkan satu jari ke dalam lubang anal itu.

“AKHHH!” Iwin memekik kala ia merasakan jemari Bright menyentuh titik kenikmatannya.

“di sini ya sayang ya..” ujar Bright sambil kembali menumbuk prostat milik kekasihnya ini. Membuat desahan vokal lagi-lagi mengisi kamar itu.

Bright baru menghentikan aksinya kala dirasa lubang kekasihnya ini sudah cukup mengendur, siap dimasuki oleh penis miliknya.

Bright bergerak ke arah nakas. Membuka salah satu laci, dan mengambil benda yang begitu familiar di mata Iwin, permen keinginannya.

“Iwin mau makan ini kan?” tanya Bright yang tak mampu dijawab oleh Iwin.

Bright lantas melepas bungkus itu. Mengeluarkan isi dari bungkus berwarna yang begitu menarik perhatian Iwin. “ini bukan permen sayang.. namanya kondom.. gunanya buat pengaman waktu main kaya gini.. Iwin ngerti kan sekarang?” tanya Bright yang disahuti anggukan lemah oleh Iwin.

Bright buru-buru memakai kondom itu di penisnya yang telah menegang, lalu membasahinya dengan lubricant miliknya. Mengocoknya sejenak, lalu mengarahkannya tepat di lubang anal kekasih.

“p'baii!!!!” pekik Awin kala ia merasakan sebuah benda besar mulai masuk ke dalam tubuhnya.

”..hiks.. p'pbaii.. sakitt....” rengek Iwin. Sakit. Benar-benar sakit. Rasanya begitu perih di bagian bawah tubuhnya.

Melihat kekasihnya yang kesakitan ini, Bright sesungguhnya tak tega. Namun bagaimanapun, ia tak mungkin menyudahi kegiatannya ini. Akhirnya dengan satu hentakan, Bright memasukkan penis itu seutuhnya.

”...HUAAAA! P'BAII.. S—SAKITTT...” jerit Iwin. Rasa sakitnya benar-benar tak tertahankan. Kedua wajahnya basah karena air mata.

”...ssh.. sayang.. tenang dulu.. tenang.. P'Baii diem dulu biar nggak sakit..” ujar nya sambil mengusap pipi Iwin itu, berusaha mengalihkan rasa sakit yang diderita Iwin.

Setelah dirasa Iwin cukup tenang, Bright mulai bergerak. Memaju mundurkan tubuhnya, membuat penis besar miliknya bergerak keluar masuk di lubang anal itu.

”..nggh! p'baii.. akhh.. eunghh”

”...eunghh.. p'baii.. eunghhh.. ahh...” rengekan Iwin perlahan berubah menjadi desahan nikmat. Walau air matanya terus mengalir, rasa sakit yang ia rasakan perlahan menghilang, digantikan rasa nikmat yang muncul perlahan.

”.. engghhh p—p'bai.. akh... eunghh..”

”..emmh sayang.. k-kamu sempith bangeet..”

Bright mempercepat gerakannya. Membuat Iwin kembali dalam isak tangisnya. Bahkan Bright berkali-kali menumbuk titik kenikmatan milik Iwin. Membuat erangan vokal menguar begitu kuat.

”...emhhh p'baii Iwin m-mau pipis lagi..enghh”

”...sabar ya sayang b-bentar lagi.. emh.. bareng sama p'bai..”

”...engh.. ahhh.. p'baii.. ahhh...”

”...iwin.. s-sayang.. emhh.. enak b-banget sayang... mmhhh”

Bright menghentikan gerakannya. Ia tarik penis miliknya keluar dari lubang anal itu. Membuat Iwin menatapnya kebingungan. Ia lepas kondom yang ada di penisnya itu. Mengambil lubricant lalu mengoleskannya di penis telanjangnya itu. Bright merasa tak nyaman memakai kondom. Itulah alasannya.

Bright lantas kembali bergerak. Memaju mundurkan tubuhnya dengan tempo yang lebih cepat. Membuat Iwin mengerang kembali.

“P'BAII.. ENGGHH! IWIN—AHHH” rengek Iwin kala merasa akan mengalami pelepasan untuk kedua kalinya.

“S-SAYANG.. ENGHHHH—NGGHHH”

“P'BAI! AHHHHHHHHHHHH!”

“S—SAYANG.. NGAHHHHHHH!!!”

Putih. Segalanya berubah putih untuk mereka berdua. Keduanya saling memeluk erat. Menerima pelepasan bersama-sama. Perut keduanya kotor karena sperma milik Iwin yang kembali keluar. Sedangkan perut Iwin terasa hangat, karena sperma milik Bright yang keluar di dalam sana.

Bright lantas bergerak perlahan, melepaskan tautan keduanya. Membuat Iwin sedikit meringis.

”...hiks.. p'baii jahat...” isakan terdengar dari mulut Iwin. Ia kini menangis terisak-isak karena rasa sakit yang mulai menjalari tubuhnya.

Bright lantas bergerak mendekat, memeluk sang kekasih yang tengah menangis itu. “sayang.. p'bai minta maaf ya.. Iwin jadi sakit kaya gini..”

”...hiks.. p'bai jahat!” rengeknya lagi di sela tangisannya.

“iya.. p'bai jahat.. p'bai minta maaf ya..” ujarnya sambil mengecup puncak kepala kekasihnya itu. “p'baii bersihin dulu ya sayang” ujar Bright.

Ia lantas bergerak mengambil handuk dari kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya dan tubuh Iwin yang kotor.

Dan setelah itu, Bright bergerak kembali ke atas ranjang. Memeluk sang kekasih yang masih terisak-isak sambil terus mengusap punggungnya yang bergetar.

Kini Iwin menyesali permintaannya memakan permen bersama Bright. Sebab ia harus berakhir menerima rasa sakit seperti ini. p'bai jahat! iwin gamau minta mam permen lagi sesalnya dalam hati.

Siapa yang tahu, jika hal inilah yang nantinya membawa perubahan besar dalam hidup Iwin, juga hidup Bright.

© bwuniverr 2020

warning! : mature content! bright!top win!bottom contains many bad words! such as : penis, cum, blowjob, etc please read at your own risk!


Bright melangkahkan masuk ke dalam kamar bersama Iwin yang masih mengekorinya di belakang. Alis mata Iwin bertaut. Bingung. Mengapa Bright mengajaknya ke dalam kamar jika mereka hendak memakan permen bersama?

Namun Iwin masih tak memikirkan ke arah mana kegiatan ini akan berlalu. Ia masih fokus. Tertuju pada tujuannya yang utama, makan permen bersama p'baii

Setibanya di sana, Bright membiarkan Iwin duduk di atas ranjang, sedangkan Bright berjalan ke arah pintu untuk menutupnya.

“loh kok pintunya ditutup?” tanya Iwin polos yang membuat Bright terkekeh. “Katanya mau mam permen, ya ditutup dong biar ndak kena debu” kilah Bright.

Iwin yang memang tak tahu apa-apa hanya mangut-mangut, berusaha mengiyakan apapun yang diucapkan oleh Bright.

Dan setelah pintu itu tertutup, Bright membalikkan tubuhnya. Menghadap ke arah Iwin dengan seringai nakal yang jelas-jelas ia tunjukan pada kekasihnya. Membuat yang lebih muda menatap bingung ke arahnya.

Melihat Bright yang berjalan mendekat sambil memasukkan kedua tangan di saku celananya membuat Iwin meneguk ludah. p'bai kenapa kok jadi gini.. gumamnya dalam hati sambil tak melepas sedikitpun pandangannya dari wajah Bright.

Setibanya Bright di depan sang kekasih, salah satu tangannya terjulur untuk menyentuh bahu kekasihnya itu. Lalu dengan perlahan mendorongnya untuk berbaring di atas ranjang.

Kedua alis Iwin bertaut. Kerutan muncul di dahinya. Walau dilanda kebingungan, Iwin sama sekali tak menolak apapun yang dilakukan oleh Bright.

Barulah saat Bright mulai menyentuh bibir miliknya, Iwin angkat bicara “p—p'bai mau ngapain?” tanyanya gugup. Namun bukannya menjawab, Bright justru memainkan jari telunjuknya di bibir manis milik kekasihnya itu, membuat tubuh Iwin meremang.

“p—p'bai....” rengek Iwin. Ia tak nyaman dengan sensasi yang timbul akibat sentuhan dari yang lebih tua.

”..sshh.. sayang.. gapapa.. tenang ya.. katanya mau mam permen, hmm?” goda Bright dengan senyum licik yang tersungging di bibirnya.

“i—iya.. mana permennya.. Iwin pengen mam permen.. bukan kaya gini..” sahutnya.

Bright terkekeh. Ia lantas mengusap lembut pipi gembil itu dengan tangannya. Lalu kemudian, Bright dekatkan wajahnya ke telinga Iwin, “iya sayang.. kita mau mam permen kok.. sabar ya..” bisik Bright tepat di daun telinga Iwin, sembari mengecup singkat telinga itu, membuat desahan kecil lolos dari mulut Iwin.

Bright mengangkat wajahnya. Di tatapnya wajah sang kekasih yang mulai memerah di bawah kungkungannya itu. Dan dengan perlahan, Bright mulai mengikis jarak di antaranya dengan sang kekasih.

Iwin membelalakkan matanya. Ia mulia menyadari kegiatan apa yang hendak dilakukan oleh Bright. “p—p'baii...” rengeknya.

Bright menahan pergerakannya. Ditatapnya wajah Iwin yang merah padam bak kepiting rebus itu. Ia sentuh dengan lembut bibir sang kekasih dengan ibu jarinya. Membuat Iwin memejamkan matanya sejenak, menikmati sensasi yang lagi-lagi diberikan oleh Bright.

“sayang.. p'baii boleh kan?” tanya Bright. Walau ia kini sudah kepalang nafsu, ia tak mau membiarkan egonya berkendali. Bagaimanapun, Iwin punya hak untuk bersuara. Dan Bright akan mengahrgai apapun itu.

Sedang di bawah sana, Iwin tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Sejujurnya Iwin sudah pernah melakukan hal seperti ini dengan Bright. Namun hanya sebatas berciuman saja. Tak pernah lebih. Ia masih memikirkan permen yang ditemukannya di tas milik Bright.

Namun tubuhnya kini didera sebuah getar yang tak bisa Iwin ungkap dengan kata-kata. Iwin tak memungkiri, jika sentuhan yang diberikan oleh Bright selalu membawa debar aneh dalam dirinya. Membuat Iwin selalu terbuai olehnya.

Lama bergelut dengan pikirannya sendiri, Iwin lantas melirik sejenak ke arah Bright yang masih setia menunggu jawaban darinya. Ia lantas berpikir sejenak. Paling permennya di kasih habis ini sama P'Baii.. gumamnya dalam hati.

Iwin menghela nafas. Dan dengan ragu, akhirnya ia mengangguk. Sebuah anggukan lemah yang sukses merekahkan senyum sumringah di wajah yang lebih tua.

Dan detik berikutnya, Iwin merasakannya. Benda kenyal yang menyentuh bibirnya.

CUP!

Membuat dirinya memejamkan mata seketika. Menikmati sentuhan yang diberikan oleh Bright.

Bright memagut bibir itu dengan lembut. Menyesapnya perlahan, menyalurkan rasa kasihnya pada Iwin.

Ciuman yang awalnya lembut itu, perlahan berubah menuntut. Bright mulai menggerakan lidahnya di atas bibir Iwin, berusaha mencari akses lebih.

Bright menggigit bibir bawah kekasihnya itu, membuatnya menggeram, yang tanpa sadar membukakan akses untuk Bright agar bergerak lebih jauh.

Bright memasukkan lidahnya ke dalam mulut Iwin. Menyapu setiap bagian yang ada di dalamnya. Membuat Iwin mendesah cukup kencang di sela pangutan itu.

“ehm...mmmphh” desah Iwin. Bahkan kini kedua tangannya telah mengalung indah di leher milik Bright, berusaha memperdalam ciuman mereka.

Ciuman itu harus berhenti tatkala Iwin memukul pelan dada milik Bright. Mengisyaratkan bahwa ia kehabisan nafas.

”..nghhh—Pwah!”

Benang saliva terbentang di antara bibir kedua insan yang dimabuk asmara itu.

Bright tersenyum menatap Iwin yang terengah-engah dengan wajah sayunya serta bibirnya yang membengkak. Membuat Bright makin terangsang di sana.

Belum puas menghirup oksigen, Iwin dibuat kembali melenguh kala Bright mulai menjajahi leher jenjang miliknya. Membubuhi leher manis itu dengan kecupan, jilatan, gigitan, bahkan sedotan kecil di sana.

”..eunggghh.. p—p'baii...” rengek Iwin sambil meremat kuat sprei di sisi tubuhnya. Menyalurkan getar nikmat yang tak mampu ia gambarkan.

Mendengar desahan vokal dari sang kekasih, membuat Bright makin bersemangat. Dengan beringas disesapnya leher itu hingga memunculkan rona merah keunguan di banyak tempat.

Setelah puas bermain di leher itu, tangan Bright bergerak untuk menyingkap kaus yang dikenakan oleh Iwin.

”..p—p'baii jangan...” rengek Iwin. Ini pertama kalinya Bright berbuat lebih. Mmebuatnya merasa khawatir.

”... sshh.. gapapa sayang.. percaya sama p'baii ya?” ucap Bright sambil menghadiahi kecupan kecil di kening sang kekasih. Lalu ia lanjutkan aksinya yang belum genap itu.

Setelah kaus itu terangkat, Bright tersenyum mengagumi tubuh indah sang kekasih. Putih

warning! : mature content! bright!top win!bottom contains many bad words! such as : penis, cum, blowjob, etc please read at your own risk!


Bright melangkahkan masuk ke dalam kamar bersama Iwin yang masih mengekorinya di belakang. Alis mata Iwin bertaut. Bingung. Mengapa Bright mengajaknya ke dalam kamar jika mereka hendak memakan permen bersama?

Namun Iwin masih tak memikirkan ke arah mana kegiatan ini akan berlalu. Ia masih fokus. Tertuju pada tujuannya yang utama, makan permen bersama p'baii

Setibanya di sana, Bright membiarkan Iwin duduk di atas ranjang, sedangkan Bright berjalan ke arah pintu untuk menutupnya.

“loh kok pintunya ditutup?” tanya Iwin polos yang membuat Bright terkekeh. “Katanya mau mam permen, ya ditutup dong biar ndak kena debu” kilah Bright.

Iwin yang memang tak tahu apa-apa hanya mangut-mangut, berusaha mengiyakan apapun yang diucapkan oleh Bright.

Dan setelah pintu itu tertutup, Bright membalikkan tubuhnya. Menghadap ke arah Iwin dengan seringai nakal yang jelas-jelas ia tunjukan pada kekasihnya. Membuat yang lebih muda menatap bingung ke arahnya.

Melihat Bright yang berjalan mendekat sambil memasukkan kedua tangan di saku celananya membuat Iwin meneguk ludah. p'bai kenapa kok jadi gini.. gumamnya dalam hati sambil tak melepas sedikitpun pandangannya dari wajah Bright.

Setibanya Bright di depan sang kekasih, salah satu tangannya terjulur untuk menyentuh bahu kekasihnya itu. Lalu dengan perlahan mendorongnya untuk berbaring di atas ranjang.

Kedua alis Iwin bertaut. Kerutan muncul di dahinya. Walau dilanda kebingungan, Iwin sama sekali tak menolak apapun yang dilakukan oleh Bright.

Barulah saat Bright mulai menyentuh bibir miliknya, Iwin angkat bicara “p—p'bai mau ngapain?” tanyanya gugup. Namun bukannya menjawab, Bright justru memainkan jari telunjuknya di bibir manis milik kekasihnya itu, membuat tubuh Iwin meremang.

“p—p'bai....” rengek Iwin. Ia tak nyaman dengan sensasi yang timbul akibat sentuhan dari yang lebih tua.

”..sshh.. sayang.. gapapa.. tenang ya.. katanya mau mam permen, hmm?” goda Bright dengan senyum licik yang tersungging di bibirnya.

“i—iya.. mana permennya.. Iwin pengen mam permen.. bukan kaya gini..” sahutnya.

Bright terkekeh. Ia lantas mengusap lembut pipi gembil itu dengan tangannya. Lalu kemudian, Bright dekatkan wajahnya ke telinga Iwin, “iya sayang.. kita mau mam permen kok.. sabar ya..” bisik Bright tepat di daun telinga Iwin, sembari mengecup singkat telinga itu, membuat desahan kecil lolos dari mulut Iwin.

Bright mengangkat wajahnya. Di tatapnya wajah sang kekasih yang mulai memerah di bawah kungkungannya itu. Dan dengan perlahan, Bright mulai mengikis jarak di antaranya dengan sang kekasih.

Iwin membelalakkan matanya. Ia mulia menyadari kegiatan apa yang hendak dilakukan oleh Bright. “p—p'baii...” rengeknya.

Bright menahan pergerakannya. Ditatapnya wajah Iwin yang merah padam bak kepiting rebus itu. Ia sentuh dengan lembut bibir sang kekasih dengan ibu jarinya. Membuat Iwin memejamkan matanya sejenak, menikmati sensasi yang lagi-lagi diberikan oleh Bright.

“sayang.. p'baii boleh kan?” tanya Bright. Walau ia kini sudah kepalang nafsu, ia tak mau membiarkan egonya berkendali. Bagaimanapun, Iwin punya hak untuk bersuara. Dan Bright akan mengahrgai apapun itu.

Sedang di bawah sana, Iwin tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Sejujurnya Iwin sudah pernah melakukan hal seperti ini dengan Bright. Namun hanya sebatas berciuman saja. Tak pernah lebih. Ia masih memikirkan permen yang ditemukannya di tas milik Bright.

Namun tubuhnya kini didera sebuah getar yang tak bisa Iwin ungkap dengan kata-kata. Iwin tak memungkiri, jika sentuhan yang diberikan oleh Bright selalu membawa debar aneh dalam dirinya. Membuat Iwin selalu terbuai olehnya.

Lama bergelut dengan pikirannya sendiri, Iwin lantas melirik sejenak ke arah Bright yang masih setia menunggu jawaban darinya. Ia lantas berpikir sejenak. Paling permennya di kasih habis ini sama P'Baii.. gumamnya dalam hati.

Iwin menghela nafas. Dan dengan ragu, akhirnya ia mengangguk. Sebuah anggukan lemah yang sukses merekahkan senyum sumringah di wajah yang lebih tua.

Dan detik berikutnya, Iwin merasakannya. Benda kenyal yang menyentuh bibirnya.

CUP!

Membuat dirinya memejamkan mata seketika. Menikmati sentuhan yang diberikan oleh Bright.

Bright memagut bibir itu dengan lembut. Menyesapnya perlahan, menyalurkan rasa kasihnya pada Iwin.